Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 14 anggota polisi menderita luka akibat terkena lemparan batu saat terjadi kericuhan dalam demo buruh di depan gedung DPR RI, Rabu, sedangkan 14 buruh yang diduga menjadi provokator ditangkap. "Akibat keributan antara massa dengan polisi, maka dua anggota sabhara dan 12 brimob menderita luka akibat lemparan batu, sedangkan dari buruh ada empat orang," kata Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Rabu malam. Ia mengatakan, akibat kericuhan ini, polisi menangkap 14 buruh yang diduga menjadi provokator kericuhan, merusak fasilitas umum dan merobohkan pagar utama kompleks DPR RI. "Polri berhasil menangkap 14 orang dan saat ini masih menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya," katanya. Dikatakannya, Polri akan menindak tegas siapa pun yang melanggar hukum dalam aksi unjuk rasa, termasuk aksi yang dilakukan oleh para buruh. Untuk menghindari kejadian itu, Polri mengimbau kepada seluruh masyarakat agar menaati ketentuan yang berlaku saat menggelar aksi unjuk rasa dan tidak terprovokasi untuk membakar, merusak, menganiaya dan tindakan melanggar hukum lainnya. Ia mengatakan, kericuhan terjadi karena massa terus merangsek ingin masuk ke gedung DPR yang mengakibatkan pagar utama rusak. "Massa pada akhirnya bisa masuk ke gedung DPR namun tetap dalam pengamanan Polri," katanya. Sebelumnya, aksi para buruh telah menjebol pintu gerbang DPR RI, merusak pagar pembatasan jalan dan pot tanaman di Jl Gatot Subroto. Halte bus pun dirusak massa dengan mendorong-dorong tiang penyangganya. Buruh juga berada di jembatan penyeberangan sambil duduk, berdiri, dan berteriak-teriak. Seorang reporter dan fotografer dilaporkan terluka akibat terkena lemparan batu dalam aksi demonstrasi yang berubah anarkis itu. Lalulintas di Jakarta terutama yang bersimpul di Senayan lumpuh total. Arus lalulintas ke dalam dan ke luar kota arah barat Jakarta juga lumpuh. Mereka menduduki jalan tol dan mengakibatkan jalan bebas hambatan dan jalan arteri Gatot Subroto sempat ditutup total oleh polisi.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006