Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi melakukan penelitian Proyek Biorefinery E-Asia Terpadu Limbah Tebu sejak 2019 hingga 2023 bersama Thailand, Jepang, dan Laos.

"Proyek terpadu ini meliputi pretreatment dan fraksinasi, desain dan konstruksi pabrik sel ragi CBP, evolusi adaptif dari penghasil xylitol, produksi biosurfaktan dari lignin dan analisis sosial ekonomi dari integrasi prosesnya," kata peneliti Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB) BRIN Euis Hermiati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Euis merupakan salah satu peneliti BRIN yang terlibat dalam proyek biorefinery tersebut.

Ia mengatakan pretreatment dan fraksinasi limbah tebu yang tepat penting untuk memanfaatkan masing-masing komponen biomassa yakni selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam menghasilkan produk bernilai.

Baca juga: BRIN: Rumah prisma tingkatkan kadar litium di limbah tambak garam

Baca juga: BRIN dan ITK jajaki kerja sama pemanfaatan limbah radioaktif


"Dalam penelitian ini kami merekayasa ragi Pichia pastoris untuk menghasilkan isobutanol, biofuel lanjutan secara langsung dari glukosa. Ragi Pichia pastoris secara alami tidak dapat memetabolisme xilosa untuk menghasilkan biofuel isobutanol langsung dari limbah tebu hidrolisat," tuturnya.

Oleh karena itu, Euis mengatakan ragi yang direkayasa dapat meningkatkan fermentasi hidrolisat biomassa untuk menghasilkan bioetanol dan isobutanol. Adaptasi ragi dapat meningkatkan produksi xylitol dari hidrolisat hemiselulosa.

"Untuk ke depannya, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memilih pola terbaik biorefinery limbah tebu, baik layak secara ekonomi serta memiliki dampak sosial dan ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat," ujarnya.

Euis menuturkan limbah tebu melalui proses tertentu dapat diolah menjadi berbagai bioproduk. Biorefinery adalah pengolahan berkelanjutan dari biomassa menjadi spektrum produk dan energi yang dapat dipasarkan.

Ia mengatakan berdasarkan komposisi kimianya, limbah tebu mengandung 35,54 glukosa yang dapat diubah menjadi hemiselulosa.

Selain itu, limbah tebu merupakan sumber xilosa dan xylooligosakarida (XOS) sekitar 35 persen yang dapat diolah menjadi pemanis buatan untuk makanan, produk kesehatan dan industri farmasi. Sisanya sekitar 30 persen mengandung lignin dan abu.

"Banyaknya limbah tebu yang dihasilkan bergantung pada varietas tanaman, umur tanaman saat panen dan tanah serta kondisi cuaca," katanya.

Baca juga: Teknologi BRIN ubah limbah kayu jadi produk komposit ramah lingkungan

Baca juga: BRIN: Perlu teknologi pengelolaan limbah obat-obatan yang lebih baik


 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022