Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Prof. DR KH Amien Rais, menilai bahwa kecurigaan adanya kelompok-kelompok yang belum mau menerima hasil Pemilu 2004 di balik berbagai aksi unjuk rasa buruh sebagai hal yang sudah kuno, dan tidak lebih dari imajinasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saja. "Kegaduhan-kegaduhan buruh itu tidak ada urusan dengan kepuasan atau tidak soal Pemilu 2004. Itu sudah kuno," kata tokoh pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu saat dihubungi melalui telepon selularnya dari Jakarta, Kamis. Menurut Amien Rais, yang saat dihubungi tengah menghadiri acara Muhammadiyah di Pontianak, Kalimantan Barat, pernyataan Presiden Yudhoyono saat di Amman, ibukota Jordania, agar kepada semua kelompok yang belum ikhlas menerima hasil Pemilu 2004 untuk tidak melakukan tindakan apapun juga yang tidak kondusif bagi pembangunan, hanyalah merupakan imajinasi Presiden sendiri. "Pak SBY telah berimajinasi, dan karena itu merupakan hak semua orang, maka saya pun harus menghargai imajinasi itu," kata Amien. Lebih lanjut, Guru Besar Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengatakan bahwa seseorang tertarik untuk mengambil posisi atau bergerak dalam unjuk rasa, karena merasa kepentingannya telah dilanggar. Terkait dengan aksi buruh yang beberapa diantaranya berakhir menjadi aksi anarkis, Amien mengatakan, semua itu disebabkan para buruh merasa dirugikan apabila UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan direvisi. "Maka dari itu pantaslah bila mereka protes. Tapi, kalau dihubungkan dengan hasil Pemilu 2004, itu sudah kuno," katanya. Namun, Amien mengaku, dirinya tidak memahami bagaimana imajinasi Presiden Yudhoyono perihal kelompok-kelompok yang belum mau menerima hasil Pemilu 2004 tersebut. Ditanya tentang rencana aksi besar-besaran menjelang Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2006, Amien mengatakan bahwa pada dasarnya ia bersama rekan-rekan lainnya, seperti Try Sutrisno, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, Kwik Kian Gie, Goenawan Mohammad dan Faisal Basri, ingin duduk bersama Yudhoyono dan M. Jusuf Kalla untuk meredefinisi makna kebangkitan nasional. "Kita ingin duduk bersama, dan disitu ada Pak SBY dan Jusuf Kalla. Hanya kita-kita saja untuk saling transparan mendefinisikan ulang makna kebangkitan nasional kita itu. Kita tidak perlu memenej negeri ini dengan penuh kecurigaan," demikian Amien Rais.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006