Jakarta (ANTARA) - Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menyarankan investor untuk mempertimbangkan strategi diversifikasi multi aset yang berorientasi pada pendapatan jangka panjang saat membuat perencanaan pensiun.

Hal ini memungkinkan investor untuk mencari dan mendapatkan arus pendapatan yang berkelanjutan dari aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi, serta berpotensi mendapatkan keuntungan dari peluang apresiasi modal yang kemungkinan tersebar di berbagai wilayah geografis dan sektor yang dapat menghasilkan imbal hasil riil di atas inflasi.

“Kami memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan pasar akan tetap berfluktuasi untuk jangka waktu yang relatif cukup lama. Ini bukan kondisi makro yang ideal untuk perencanaan pensiun," ungkap Katarina dalam acara Peluncuran Diverse Asia yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Inflasi selalu menjadi masalah utama di masa pensiun, dan baru-baru ini negara-negara di seluruh dunia telah melihat dampak merugikan yang dapat terjadi pada kesejahteraan masyarakat.

Dalam jangka pendek, Manulife Investment Management memperkirakan inflasi pangan dan energi akan tetap tinggi, sedangkan barang dan jasa yang sensitif terhadap suku bunga dapat mengalami disinflasi.

Selain itu, kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi sedang meningkat sehingga Manulife Investment Management memperkirakan akan terjadi resesi di negara maju dan pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di beberapa negara Asia

Dalam jangka panjang, Manulife Investment Management masih memperkirakan inflasi akan terus meningkat, meskipun secara moderat, terutama didorong oleh faktor global dan dari sisi penawaran. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank sentral untuk bekerja keras dan dapat mendorong mereka untuk menghadapi inflasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang.

Katarina melanjutkan, dengan mengantisipasi bahwa kondisi ekonomi makro dalam jangka pendek dan jangka panjang berpotensi tetap menantang, masyarakat harus berinvestasi sejak dini dan tetap berinvestasi, bahkan saat di masa pensiun, untuk menciptakan arus pendapatan berkelanjutan yang dibutuhkan di masa pensiun.

"Masyarakat dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada produk yang menginvestasikan kembali keuntungan yang didapatkan dari modalnya dan pendapatan yang berpotensi menghasilkan pengembalian investasi dan hasil nyata. Ini dapat membantu mereka mengatasi masalah umur panjang dan masalah terkait pensiun lainnya," katanya.

Baca juga: MI sebut pentingnya diversifikasi aset di tengah volatilitas pasar

Baca juga: Airlangga: Aset asuransi dan dana pensiun RI kurang dari 20 persen PDB

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022