New York (ANTARA) - Harga minyak merosot sekitar dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para pedagang khawatir tentang prospek permintaan bahan bakar di tengah dolar yang lebih kuat dan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank-bank sentral global.

Setelah naik selama tiga hari berturut-turut, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari jatuh 1,49 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 81,21 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 1,17 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup di 76,11 dolar AS per barel.

"Harga minyak mentah melemah karena ... risiko resesi global meningkat setelah gelombang pengetatan bank-bank sentral lainnya. Reli minyak baru-baru ini (kehabisan tenaga) karena penghindaran risiko menjadi liar," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada Rabu (14/12/2022) bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan ketika ekonomi tergelincir ke arah kemungkinan resesi. Pada Kamis (15/12/2022), bank sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.

Indeks-indeks saham AS turun tajam karena panduan Federal Reserve untuk pengetatan kebijakan yang berlarut-larut memadamkan harapan siklus kenaikan suku bunga akan berakhir dalam waktu dekat.

"Harga minyak berada di bawah tekanan hari ini karena panduan hawkish Fed untuk kebijakan moneternya memicu kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi, mengangkat dolar AS dan menurunkan harga-harga komoditas," kata analis CMC Markets, Tina Teng.

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang menggunakan mata uang lain.

Penjualan ritel AS turun lebih besar dari yang diperkirakan pada November, tetapi belanja konsumen tetap didukung oleh pasar tenaga kerja yang ketat, dengan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun paling banyak dalam lima bulan minggu lalu.

Di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, kehilangan lebih banyak kekuatan pada November karena output pabrik melambat dan penjualan ritel memperpanjang penurunan, angka terburuk dalam enam bulan, tertatih-tatih oleh lonjakan kasus COVID-19 dan pembatasan virus yang meluas.

Juga menekan harga minyak, TC Energy Corp Kanada mengatakan akan melanjutkan operasi pipa Keystone, seminggu setelah kebocoran lebih dari 14.000 barel minyak di Kansas memicu penutupan.


Baca juga: Harga minyak turun, tertekan penguatan dolar dan kenaikan suku bunga
Baca juga: Minyak berubah tipis di tengah harapan permintaan, kenaikan suku bunga
Baca juga: Minyak naik dua dolar di tengah perkiraan kenaikan permintaan 2023

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022