Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia mengawali pekan perdagangan penuh terakhir tahun 2022 pada Senin pagi dengan sedikit lebih lemah, setelah bank-bank sentral utama mengerek suku bunganya dengan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun depan menghilangkan keceriaan perayaan.

Federal Reserve, Bank Sentral Eropa dan bank sentral Inggris menaikkan suku bunga dan menjanjikan lebih banyak kenaikan minggu lalu, dan spekulasi bahkan berkembang bahwa bank sentral Jepang (BoJ), yang bertemu pada Senin dan Selasa (20/12/2022), mengincar perubahan sikap ultra-dovish di masa depan.

Nikkei Jepang turun 1,0 persen pada awal perdagangan dan yen, yang naik sekitar 0,5 persen menjadi 136,00 per dolar, merupakan penggerak terbesar dalam perdagangan mata uang yang tenang. Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,4 persen.

Mengutip sumber-sumber pemerintah, kantor berita Kyodo, melaporkan pada Sabtu (17/12/2022) bahwa Jepang akan mengubah kebijakan penargetan inflasi 2,0 persen, mungkin memberi bank sentral lebih banyak ruang gerak.

"Di mana ada asap, pasti ada api," kata ahli strategi National Australia Bank, Rodrigo Catril di Sydney.

"Berita semacam ini yang kami dapatkan memainkan pandangan bahwa pemerintah akan membuka pintu bagi BoJ untuk memiliki pendekatan yang lebih fleksibel," katanya, "dan bahwa beberapa penilaian yen yang terlalu rendah ini dapat dibalik. "

Yen telah menjadi mata uang G10 dengan kinerja terburuk tahun ini, dengan kerugian 15 persen terhadap dolar, terutama didorong oleh kesenjangan antara kenaikan suku bunga AS dan suku bunga Jepang. Obligasi pemerintah Jepang dilanda aksi jual pada Senin pagi.

Suku bunga AS stabil minggu lalu, meskipun Fed memproyeksikan kenaikan lebih lanjut, karena para pedagang khawatir bahwa suku bunga yang sudah cukup tinggi akan mulai mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Indeks S&P 500 jatuh 2,0 persen minggu lalu. Indeks acuan utama itu anjlok 20 persen untuk tahun ini dan telah gagal dalam beberapa upaya perdagangan berkelanjutan di atas rata-rata pergerakan 200 hari. S&P 500 berjangka naik 0,2 persen di awal perdagangan Asia.

Di Eropa, pasar obligasi tidak siap menghadapi nada hawkish yang tak terduga dari ECB.

Sementara itu, melunaknya data ekonomi menuju akhir tahun juga tidak menawarkan banyak bantuan untuk sentimen pasar, membuat pasar bertanya-tanya di mana harus mencari getaran yang menyenangkan yang telah mendorong saham AS reli dalam dua minggu terakhir Desember 11 kali dalam 15 tahun terakhir.

"Reli Santa biasanya dimulai sekitar pertengahan Desember didukung keceriaan pesta dan optimisme tahun baru, investasi bonus apa pun, volume rendah, dan tidak ada peningkatan modal di sepanjang tahun ini," kata ahli strategi AMP Capital, Shane Oliver, dikutip dari Reuters.

"Itu cenderung lebih lemah atau kurang dapat diandalkan di tahun-tahun ketika pasar turun dari tahun ke tahun," tambahnya.

Aktivitas bisnis Eropa, Jepang, dan AS menyusut pada Desember, survei menunjukkan minggu lalu, mempertahankan tawaran untuk safe-haven dolar dan menghentikan kenaikan euro. Euro mencapai level tertinggi enam bulan di 1,0737 dolar minggu lalu, meskipun terakhir dibeli 1,0598 dolar.

Kepercayaan bisnis di China juga mencapai titik terendah World Economics Survey yang mulai mengumpulkan data pada Januari 2013 dan pasar saham China telah berjuang untuk memperpanjang reli yang didorong pelonggaran kontrol COVID. Hang Seng dibuka dengan stabil.

Harapan untuk perbaikan permintaan China menstabilkan harga minyak pada Senin pagi, dengan minyak mentah berjangka Brent naik 1,0 persen pada 79,93 dolar AS per barel, tetapi hampir tidak naik untuk tahun ini. Emas stabil di 1.793 dolar AS per ounce. Bitcoin tetap diperdagangkan di bawah 17.000 dolar AS.

Baca juga: Wall Street jatuh 3 hari beruntun, pasar khawatir resesi meningkat
Baca juga: Saham Asia perpanjang turun, tertekan kenaikan suku bunga bank sentral
Baca juga: Saham Asia melorot, tertekan Fed "hawkish" & kekhawatiran COVID China

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022