Brussel (ANTARA) - Negara-negara anggota Uni Eropa (UE) telah sepakat untuk membatasi harga gas alam di blok tersebut di angka 180 euro (1 euro = Rp16.603) per megawatt-jam (MWh) dalam upaya untuk menjamin keamanan pasokan energi, kata sejumlah pejabat Uni Eropa pada Senin (19/12).

"Kami berhasil mencapai kesepakatan yang sangat penting mengenai batas maksimal untuk harga gas. Dengan demikian, Eropa akan memiliki paket kebijakan untuk membantunya bersiap menyambut musim dingin berikutnya serta melindungi masyarakat dan kalangan bisnis dari fluktuasi harga yang ekstrem," kata Jozef Sikela, menteri Republik Ceko yang bertanggung jawab atas industri dan perdagangan yang memimpin pertemuan para menteri energi UE.

"Para menteri mengambil langkah berani lainnya untuk merespons krisis energi dengan mencapai kesepakatan tentang usulan Komisi (Eropa) terkait mekanisme koreksi pasar," ujar Kadri Simson, komisaris Eropa untuk bidang energi.
 
   Mekanisme koreksi pasar tersebut akan diaktifkan secara otomatis jika angka harga bulan berikutnya (month-ahead price) di Dutch Title Transfer Facility (TTF), acuan utama untuk harga grosir gas di Eropa, melampaui 180 euro per MWh selama tiga hari kerja, dan jika harga TTF bulan berikutnya lebih tinggi 35 euro dari harga acuan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di pasar global untuk tiga hari kerja yang sama.   Mekanisme tersebut akan mulai diberlakukan pada 15 Februari 2023.


Mekanisme penangguhan diberlakukan untuk memastikan bahwa UE tetap menarik bagi pemasok gas, dan gas dalam jumlah yang cukup dipasok ke negara-negara UE.

"Mekanisme koreksi pasar akan ditangguhkan, terutama jika permintaan gas naik 15 persen dalam sebulan atau 10 persen dalam dua bulan, impor LNG turun secara signifikan, atau volume yang diperdagangkan di TTF turun signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," kata Dewan UE.
 
   Mekanisme tersebut akan mulai diberlakukan pada 15 Februari 2023


Harga energi melonjak pada 2022, pertama-tama akibat pandemi COVID-19 dan kemudian akibat konflik Rusia-Ukraina yang tengah berlangsung.

Kekeringan yang dipicu oleh gelombang panas musim panas semakin memperparah krisis harga energi, karena energi yang dihasilkan oleh air menjadi langka. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022