Singapura (ANTARA News) - Singapura mengingatkan sesama negara Asia Tenggara Jumat untuk tidak melakukan proteksionisme gaya Eropa dalam melindungi lapangan kerja mereka dari ancaman pasar global. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan dalam pertemuan menteri tenaga kerja ASEAN, jUMAT, bahwa 200 juta pekerja di kawasan itu hendaknya menyesuaikan diri dengan perubahan pesat di ekonomi dunia. "Jika kita menentang perubahan dan memberlakukan hambatan untuk melindungi pekerja kita, dampaknya akan kontra produktif," kata Lee seperti dikutip AFP. "Investor akan kapok melakukan bisnis di kawasan ini, ekonomi kita akan berjalan di tempat, lapangan kerja baru tidak akan tercipta dan pengangguran akan melonjak," katanya. Singapura dengan penduduk sekitar 3.5 juta merupakan salah satu pengimpor tenaga kerja terbesar di Asia. Sekitar 800.000 warga negara asing, mulai dari pekerja eksekutif hingga pekerja bangunan, kini bekerja di negara kota itu. Lee mendesak negara-negara ASEAN untuk mengikuti gaya AS daripada meniru kebijakan ketenagakerjaan Eropa. "Berbagai studi menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas yang sangat tinggi di AS itu akibat dari pasar tenaga kerjanya yang sangat fleksibel dimana pekerja dapat melepaskan pekerjaannya dengan sedikit tuntutan dan mendapatkan pekerjaan di kawasan baru yang memiliki pertumbuhan tinggi," katanya. "Sebaliknya di banyak negara Eropa yang melindungi lapangan kerja, para pekerja tidak mau berpindah pekerjaan dan pengusaha enggan untuk menerima pekerja baru akibat ketatnya undang-undang perburuhan mereka sehingga menyulitkan upaya pemecatan pekerja," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006