Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan transaksi pembelian alat kesehatan (alkes) impor di Katalog Elektronik Sektoral Kesehatan 2022 turun hingga 18 persen dalam kurun dua tahun terakhir, usai pemerintah menerapkan kebijakan substitusi impor.

"Dalam dua tahun terakhir, penggunaan alat kesehatan impor menurun sebesar 18 persen, dari 88 persen di tahun 2019--2020 menjadi 70 persen di tahun 2021--2022, kami patut bersyukur atas kabar baik ini," kata Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Rabu.

Budi mengatakan, penurunan penggunaan alat kesehatan impor salah satunya dipengaruhi oleh implementasi transformasi kesehatan pilar ketiga, yakni transformasi ketahanan sistem kesehatan yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Kemenkes.

Pada pilar tersebut, Kemenkes menerapkan kebijakan subtitusi impor dan freeze produk alat kesehatan impor di E-Katalog sektoral.

Kebijakan freeze atau pembekuan produk alkes di E-Katalog merupakan bentuk sanksi kepada produsen dalam negeri yang tidak patuh terhadap ketentuan substitusi bahan baku impor yang sudah tersedia di dalam negeri.

Hingga Juli 2022, sedikitnya 5.500 produk obat menyalahi ketentuan substitusi bahan baku impor telah dibekukan pemerintah.

Upaya itu diterapkan untuk mengakselerasi pemanfaatan komponen pengganti dari berbagai sumber di dalam negeri. Pemerintah menargetkan program substitusi impor bisa ditekan hingga 40 persen.

Berdasarkan data transaksi alat kesehatan dalam E-Katalog LKPP tahun 2019--2020 dan data sistem Registrasi Alat Kesehatan, dilaporkan dari 19 jenis alat kesehatan yang banyak ditransaksikan, sekitar 16 jenis di antaranya sudah dapat diproduksi di dalam negeri, sedangkan sisanya masih impor.

Selain alkes, peningkatan produksi juga dilakukan pada vaksin dan obat-obatan. Saat ini sebanyak tujuh dari 10 bahan baku obat telah diproduksi di Indonesia, tiga di antaranya diproduksi pada tahun ini.

Selain itu, tujuh dari 14 jenis vaksin program pemerintah dan TBC sudah diproduksi di Indonesia. Ketujuh jenis antigen vaksin tersebut di antaranya vaksin BCG, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis, Influenza dan Polio.

"Sementara sisanya, dari tujuh antigen vaksin (impor), lima di antaranya sudah dalam tahap transfer teknologi untuk diproduksi di dalam negeri," katanya.

Menkes mengatakan, sejumlah alkes, obat dan vaksin telah mampu dipenuhi dalam negeri. Selain itu, produsen dan izin yang diajukan pun meningkat sejalan dengan kebutuhan di pelayanan kesehatan.

Budi mengatakan, peningkatan produksi vaksin, obat dan alat kesehatan masih perlu ditingkatkan seiring kebutuhan sediakan farmasi dan alat kesehatan dalam negeri yang terus berkembang.

“Kemandirian alat kesehatan ini adalah salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Karenanya saya tidak bisa bekerja sendiri, kita harus inklusif agar apa yang kita impikan dapat terwujud,” katanya.

Baca juga: Menkes yakin tidak akan ada lonjakan kasus COVID-19 saat libur Natal
Baca juga: Menkes sebut Indonesia butuh ribuan dokter spesialis
Baca juga: Menkes: Pendidikan berbasis RS kebijakan baru atasi krisis dokter

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022