Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dr. Irma Sri Hidayati, mengatakan stunting pada anak merupakan kondisi yang bisa dicegah dan bukanlah merupakan kondisi turunan.

"Stunting itu bisa dicegah dan bahkan kita bisa melakukan pencegahan dari awal, artinya dari 1.000 hari pertama kehidupan. Bagaimana kita mempersiapkan ibu-ibu hamil sehat," ujar Irma dalam diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti virtual dari Jakarta, Jumat.

Selain menjaga kondisi ibu ketika dalam proses kehamilan, proses pencegahan juga bisa dilakukan setelah sang anak lahir.

Baca juga: Pendidikan seks bagi remaja putri bisa atasi "stunting"

Langkah itu bisa dilakukan dengan pencegahan primer yaitu melakukan pemantauan pertumbuhan balita yang bisa dilakukan di posyandu dengan cara mengukur berat dan tinggi badan.

"Yang kedua adalah memberikan ASI secara eksklusif sampai dengan enam bulan dan pemberian MPASI yang berkualitas termasuk memenuhi kebutuhan protein hewani untuk mendukung pertumbuhan linear," jelasnya.

Dia mengatakan stunting bukan merupakan kondisi genetik dan kondisi tersebut dapat dicegah dengan salah satunya memenuhi kebutuhan gizi sejak dari kandungan dan dilakukan pemantauan pertumbuhan anak.

Baca juga: Remaja putri diimbau cegah anemia untuk hindari stunting

Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam periode yang lama. Hal itu menyebabkan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak, dengan salah satu cirinya adalah tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan yang seusia.

Perbedaan tidak terlihat adalah anak yang mengalami stunting memiliki otak yang tidak terbentuk dengan baik dan berpotensi berdampak dalam jangka panjang.

Menurut Studi Status Gizi Indonesia pada 2021 menemukan bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Sehingga, kurang lebih terdapat 5 juta anak Indonesia yang mengalami kondisi tersebut, menurut Kemenkes.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA 2022