Trenggalek, Jawa Timur (ANTARA) - Ratusan pelajar anggota Pramuka penegak dari berbagai sekolah di Trenggalek mengikuti kegiatan napak tilas rute gerilya Jenderal Sudirman di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu.

Ruten napak tilas sengaja memilih jalur perlintasan gerilya Panglima Besar Sudirman saat berada di wilayah Kabupaten Trenggalek, yakni mulai dari Kecamatan Dongko hingga Desa Bodag Kecamatan Panggul dengan jarak sekitar 30 kilometer.

"Kegiatan napak tilas itu sekaligus sebagai upaya untuk mengajari nilai-nilai positif kepada generasi penerus. Nilai positif itu salah satunya adalah mengobarkan semangat dalam hal kebaikan," kata Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin di Trenggalek.

Acara yang berlangsung sehari mulai pagi hingga sore itu berlangsung penuh gegap-gempita. Para anggota Pramuka dengan seragam khas cokelat lengkap dengan bed, topi, dasi pramuka serta tongkat bergerak berkelompok menyusuri jalan-jalan desa menuju rumah singgah Jenderal Sudirman di Desa Bodag yag kini dijadikan museum.

Ada juga anggota yang mengenakan seragam jadul warna putih sambil membawa tandu kursi yang menjadi ciri khas sarana gerilya Panglima Sudirman.

Kegiatan napak tilas digelar sebagai bentuk penghormatan sekaligus kebanggaan masyarakat Trenggalek karena pernah menjadi rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yakni pada kurun 1948-1949.

Saat itu, papar Arifin, Panglima Soedirman melakukan gerilya dari daerah Bantul Yogyakarta hingga Pacitan dan Trenggalek.

Desa Bodag Kecamatan Panggul menjadi salah satu rute yang dilalui rombongan Panglima Soedirman saat bergerilya melawan penjajah era kolonial.

Di Desa Bodag inilah terdapat sebuah rumah yang dulunya diyakini sebagai tempat singgah Panglima Soedirman.

"Jendral Soedirman jika lahir sekitar tahun 1916 dan beliau melakukan gerilya di tahun 1949, maka beliau memimpin gerilya di usia 32 atau 33 tahun. Yang dikenal dalam buku sejarah dengan serangan militer 1949, ini menandai kokoh bertahannya NKRI. Karena setelah kita memproklamirkan kemerdekaan di tahun 1945 upaya asing untuk memecah-belah Indonesia dan tidak melegitimasi kemerdekaan Indonesia masih terjadi," imbuhnya.

Lewat kegiatan napak tilas itu, Arifin ingin para peserta dapat memetik banyak hal positif, di antaranya adalah bagaimana merealisasikan sebuah taktik ditengah keterbatasan namun bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Taktik baik itu diharapkan bisa diimplementasikan para generasi penerus di lingkungannya masing-masing sehingga bisa menjadi sebuah agen perubahan ke arah yang lebih baik.

Baca juga: Bamusi Surabaya napak tilas perjuangan Ahmad Dahlan di Yogyakarta

Baca juga: Masyarakat adat Tulungagung gelar napak tilas "Sradha Agung" Gayatri

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022