Singapura (ANTARA) - Dolar memangkas beberapa kenaikan di sesi Asia pada Kamis sore, setelah didorong imbal hasil obligasi Pemerintah AS jangka panjang lebih tinggi semalam, meskipun investor tetap gelisah memasuki akhir tahun karena optimisme awal atas pembukaan kembali China gagal.

Menyusul pencabutan aturan karantina China untuk pelancong yang masuk mulai 8 Januari, negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan India mengatakan mereka akan mewajibkan tes COVID untuk pelancong dari China.

Kecepatan negara itu membatalkan aturan COVID telah membuat sistem kesehatannya kewalahan dan memicu kekhawatiran tentang penyebaran virus.

Yen Jepang terakhir menguat sekitar 0,6 persen pada 133,71 per dolar, merana di dekat level terendah satu minggu di 134,50 yang dicapai pada sesi sebelumnya.

Sterling naik 0,1 persen menjadi 1,2030 dolar, tetapi juga tidak jauh dari level terendah tiga minggu di 1,1993 dolar yang dicapai minggu lalu. Euro terangkat 0,12 persen menjadi 1,0623 dolar.

Baca juga: Dolar menguat, terkerek lonjakan imbal hasil obligasi Pemerintah AS

"Banyak negara mengadopsi lapisan pengujian tambahan untuk pelancong yang datang dari China mencerminkan dimulainya kembali perjalanan yang tertatih-tatih di tengah wabah China," kata Kepala Ekonomi dan Strategi Mizuho Bank, Vishnu Varathan. "Ini mungkin juga memicu kekhawatiran akan jenis baru COVID yang sekali lagi dapat mengganggu pemulihan global." Ketidakpastian atas prospek ekonomi global, bersama dengan meningkatnya kekhawatiran tentang resesi di Amerika Serikat, membuat imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, tergelincir semalam. Terakhir berdiri di 4,3678 persen.

Sementara itu imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir bertahan di 3,8637 persen, setelah naik ke level tertinggi lebih dari satu bulan di 3,8920 persen semalam.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya kokoh di 104,28.

"Dalam waktu dekat, masih ada tanda tanya besar seberapa cepat kita bisa mengatasi kebangkitan COVID ini," kata Ahli Strategi Mata Uang Bank of Singapore, Moh Siong Sim.

Baca juga: Rupiah kembali melemah, dipicu sentimen "hawkish" bank sentral AS

"Tapi dalam jangka menengah ... saya pikir prospek pertumbuhan China bisa lebih stabil dan tidak bergelombang, dan pada gilirannya berarti seluruh dunia juga bisa mendapat manfaat dari itu."

Aussie terakhir diperdagangkan 0,07 persen lebih tinggi pada 0,6745 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,55 persen menjadi 0,6345 dolar AS.

Yuan China di pasar luar negeri menguat 0,2 persen menjadi 6,9789 per dolar.

Di pasar uang kripto, bitcoin terangkat 0,12 persen menjadi diperdagangkan di 16.560 dolar AS, sementara ether naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 1.193,40 dolar AS, meskipun keduanya berada di jalur penurunan lebih dari 60 persen tahun ini.

Baca juga: Regulator AS sebut gejolak uang kripto menggarisbawahi risiko industri
Baca juga: Goldman Sachs: Emas diversifikasi portofolio terbaik dibanding bitcoin

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022