Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta agar pemberitaan tentang aktivitas Gunung Merapi di media massa tidak sampai membangun citra menakutkan yang dapat mengurangi arus wisatawan ke Yogyakarta. "Beritakan bahwa Yogyakarta dalam keadaan aman meski ada aktivitas Merapi," kata Sultan seusai menjadi pembicara dalam Musda Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) di Yogyakarta, Senin. Dengan demikian para redaktur media massa diharapkan menyiarkan berita tentang Gunung Merapi yang dapat memberikan "image" kepada masyarakat bahwa Yogyakarta tetap aman dari letusan gunung tersebut jika memang terjadi nanti. Menurut Sultan HB X, jika pers bisa menyiptakan situasi Yogyakarta yang aman melalui pemberitaaan, jajaran pariwisata, pemerintah daerah dan masyarakat setempat akan merasa sangat berterima kasih kepada jajaran pers. "Jika pemberitaan Gunung Merapi terkesan menakutkan, banyak tamu asing membatalkan kunjungannya ke Yogyakarta karena mereka berasumsi daerah ini dalam keadaan bahaya karena sewaktu-waktu Gunung Merapi bisa meletus," ujarnya. Namun kalau pers ikut menyosialisasikan bahwa Yogyakarta tetap aman, Kabupaten Sleman aman dan hanya warga yang tinggal di lereng Merapi yang terancam bahaya sehingga perlu diungsikan, diyakini wisatawan tidak akan terganggu dan tetap bersedia tinggal di Yogyakarta. Menurut dia, sebenarnya peningkatan aktivitas Gunung Merapi merupakan hal yang rutin, sehingga otomatis obyek wisata di lereng gunung tersebut menjadi sepi. Sementara itu, Kepala Badan Pariwisata Daerah (Baparda) Provinsi DIY, Ir Condroyono mengatakan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah ini jelas turun karena pemberitaan gencar tentang aktivitas Gunung Merapi. "Pemberitaan itu mengesankan Yogyakarta tertutup karena aktivitas Merapi yang membahayakan, dan ini tersiar sampai luar negeri," ujarnya. Padahal, kata dia, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta hanya memberikan "warning` bahaya letusan dalam radius paling jauh 8-12 kilometer dari puncak. "Pemberitaaan tentang bantuan kantong mayat jelas menakutkan bagi orang untuk masuk ke Yogyakata. Padahal BPPTK menyatakan kunjungan wisatawan ke obyek wisata Kaliurang masih boleh meskipun tidak dalam rombongan besar sampai 10-15 unit bus," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006