Magelang (ANTARA News) - Ritual tumpengan pasir mewarnai tahlilan yang dilakukan ribuan umat Islam lereng Merapi di Pondok Pesantren (Ponpes) Mishbahudh Dholam Bendan Ngargosoko Srumbung, Kabupaten Magelang, Senin (8/5), untuk memohon keselamatan dari ancaman letusan gunung berapi itu. Tahlilan dan mujahadah yang dipimpin ulama berpengaruh dari Srumbung, K.H. Zajuli dan para ulama lereng Merapi lainnya itu dihadiri Pengageng Keraton Yogyakarta G.B.P.H. Joyokusumo (adik Sri Sultan Hamengkubuwono X) dan Putri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid, Yenny Zannuba Chafshah. Tiga seniman lereng Merapi masing-masing Sonhaji dan Jefri, keduanya asal Dukun serta Bahar asal Muntilan mengenakan sarung, berselempang kain putih dan bersurjan putih. Mereka terlihat berjalan memasuki tempat ritual di depan ponpes itu, lalu menuju ke gunungan tumpeng dari pasir yang dihiasi aneka hasil bumi lereng Merapi. Asap tipis keluar dari cerobong di puncak tumpeng itu, sedangkan tiga seniman pelaku ritual itu memercikan air dari tempayan yang dibawa mereka ke tumpeng pasir setinggi sekitar dua meter itu. Mereka lalu duduk bersila dan mengeruk pasir dengan tangannya hingga menutupi sebagian tubuh masing-masing dalam "performance" tapa pendem. Ibu jari pelaku ritual itu terlihat memegang tasbih ukuran besar bergerak-gerak mendaraskan doa. "Tumpengan tradisi turun temurun masyarakat untuk memohon keselamatan, kami mengadopsi tradisi itu dengan membentuk tumpeng pasir," kata Sonhaji, kreator ritual tersebut. Ia lantas mengemukakan latar belakang membuat tumpeng pasir, karena Srumbung salah satu kawasan di lereng Merapi yang dikenal dengan hasil tambang pasir terbaik. Sebagian masyarakat setempat menggantungkan hidup dari penambangan pasir sehingga mereka menyebut "Pasir Kanggo Urip" (pasir untuk kehidupan sehari-hari,red.). Akan tetapi, kata dia, sebutan itu rupanya telah berubah menjadi "Pasir Kanggo Bakulan" karena pasir sekarang menjadi barang dagangan. Tak pelak, akibat kegiatan penambangan itu merusak lingkungan alam setempat. "Pasir kanggo bakulan" , katanya, telah mencederai persahabatan antara manusia dengan alam Merapi. Kini Merapi menunjukan tanda-tanda bakal meletus dan mengancam keselamatan masyarakat setempat. Sebelum ritual digelar umat Islam setempat yang dipimpin K.H. Zajuli melakukan salat hajat tolak balak dua rakaat di sebuah masjid kompleks ponpes itu kemudian dilanjutkan pendarasan tahlil dari kitab suci Alquran surat Athasyr secara khusuk di halaman ponpes tersebut. Pengasuh Ponpes Asrama Perguruan Islam Tegal Rejo, Kabupaten Magelang, K.H. Muhammad Yusuf Chudlori mengatakan, tanda-tanda bakal meletusnya Merapi harus menjadi momentum baik masyarakat untuk mawas diri tentang persaudaraan mereka dengan gunung berapi tipe awan panas yang kini berstatus siaga itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006