Sampit, (ANTARA News) - Kondisi hutan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sangat memprihatinkan dan rusak berat, diperkirakan hanya Tinggal 20 persen dari luas wilayah Kotim 1.640.000 ha. Kepala Dinas Kehutanan Kotim Ir Otjim Sutpriana SHut kepada wartawan di Sampit, Senin (8/5) menyatakan, prihatin dengan berkurangnya kawasan hutan Kotim karena banyak kawasan hutan yang telah beralih menjadi ijin perkebunan sawit. Selain itu banyak perkebunan sawit yang ikut merusak hutan dengan cara memanfaatkan masyarakat menggarap kawasan hutan dengan alasan program plasma dengan iming-iming ganti rugi Rp 400 ribu/ha. Menurutnya, selain menggarap hutan ada juga perkebunan sawit yang menggarap lahan yang ditanami pohon penghijauan. Namun ia belum mengetahui berapa luas kawasan hutan yang digarap perkebunan dengan cara memanfaatkan masyarakat. Diakui bila hal ini terlambat diantisipasi hutan Kotim akan habis, karena itu telah melaporkan masalah tersebut ke Bupati Kotim untuk dilakukan langkah antisipasi. Keberadaan kawasan hutan dan batas kawasan hutan Kotim sampai tahun 1999 yang mengacu kepada Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah 1.360.860 ha atau sebesar 82,98 persen dari luas wilayah Kotim 1.640.000 hektar. Namun dengan adanya Peraturan Daerah Pemerintah propinsi Kalimantan Tengah Nomor 8 tahun 2003 kawasan hutan Kotim tinggal 680.889 hektar atau 41,52 persen dari luas wilayah Kotim. Sedangkan pada tahun 2006 akan dilakukan revisi rencana tata ruang wilayah kabupaten (RT-RWK) Kotim, dan bila disetujui maka hutan Kotim tinggal 475 ribu hektar atau sekitar 32 persen dari luas wilayah Kotim. Namun perhitungan itu masih diatas kertas karena kenyataan di lapangan hutan Kotim sudah jauh berkurang. Menurut Otjim, ia sudah menyampaikan agar kawasan hulu Kotim jangan seluruhnya dibuka untuk perkebunan sawit namun bisa dibuka tanaman daun lebar seperti karet. Selain itu sebelum lahan diberikan kepada sawit sebaiknya warga sekitar sawit itu diberikan lahan, misalnya dengan membagi 3 hektar/KK sehinga kebun sawit tidak sampai di belakang areal warga. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006