Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto menilai pergerakan harga saham yang berafiliasi pada 2022 dipengaruhi oleh figur pemilik, bukan karena kinerja perusahaan.

"Pada tahun 2022 kemarin saya kira tidak begitu banyak aksi korporasi di sektor riil yang dapat meningkatkan nilai fundamental perusahaan mereka," kata Agus dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kedekatan figur pebisnis yang erat dengan afiliasi politik tertentu bahkan ikut mempengaruhi pergerakan saham maupun sentimen pasar dalam memutuskan investasi di pasar modal pada 2022.

Namun, kondisi serupa, tambah dia, berpotensi tidak terjadi di 2023, mengingat tahun ini mendekati tahun politik dan investor akan mencari portfolio yang tidak berisiko dan lebih aman, meski minim imbal hasil.

"Pada tahun 2023, risiko untuk jenis-jenis emiten yang berafiliasi politik akan lebih besar. Investor mungkin akan jauh lebih berhati-hati dan akan lebih memilih saham-saham netral yang tidak berafiliasi politik dan pergerakan harga sahamnya murni dipengaruhi kinerja perusahaan," katanya.

Meski demikian, ia memperkirakan, dalam jangka pendek, saham yang terafiliasi dengan pihak-pihak tertentu masih akan menjadi bidikan para trader yang menganggap volatilitas harga saham tersebut akan tinggi dan bisa memberikan keuntungan besar.

"Untuk para trader jangka pendek, saham-saham yang terafiliasi politik lebih menarik karena volatilitas harga saham-saham tersebut akan tinggi dan mereka berpotensi mendapatkan keuntungan dari volatilitas harga tersebut," katanya.

Baca juga: OJK: Kinerja pasar modal Indonesia 2022 terbaik di ASEAN

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 merupakan yang terbaik dibandingkan negara-negara ASEAN dan Asia secara umum.

Mahendra dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023 mengatakan pencapaian positif tersebut tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2022 yang ditutup empat persen meningkat dibandingkan tahun lalu.

Selain itu, aktivitas perdagangan 2022 juga mengalami kenaikan signifikan yakni terlihat dari frekuensi transaksi harian yang mencapai 1,31 juta kali sehingga merupakan yang terbesar di ASEAN.

Kapitalisasi pasar juga tercatat tinggi yaitu mencapai angka Rp9.500 triliun atau 600 miliar dolar AS, yang artinya merupakan 50 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2022 juga terdapat 59 perusahaan yang menerbitkan saham perdananya (IPO) di lantai bursa.

Jumlah investor pasar modal pun meningkat mencapai 10,3 juta yang artinya 10 kali lipat atau 1.000 persen meningkat dalam lima tahun terakhir sejak 2017. Bahkan jumlah investor pasar modal didominasi oleh investor domestik yaitu mencapai 55 persen dari total seluruh investor.

Baca juga: Presiden Jokowi resmi buka perdagangan bursa 2023
Baca juga: IHSG awal tahun baru berpeluang naik seiring "January Effect"

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023