Jakarta (ANTARA) -
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat akumulasi pendapatan premi asuransi  mencapai Rp280,24 triliun selama periode Januari sampai dengan November 2022.
 
"Angka tersebut tumbuh 0,44 persen dibanding periode sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy)," kata Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Desember 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.
 
Pendapatan premi tersebut terdiri dari premi asuransi umum sebesar Rp106,91 triliun atau tumbuh 14,06 persen (yoy) dan premi asuransi jiwa senilai Rp173,33 triliun atau terkontraksi 6,45 persen (yoy).

Baca juga: Peluang industri asuransi nasional dinilai masih tetap besar pada 2023
 
Ogi menyebutkan kondisi permodalan di sektor asuransi terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum yang mencatatkan Risk Based Capital (RBC) sebesar 479,88 persen dan 324,34 persen.
 
Meskipun RBC dalam tren yang menurun dan RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor ketat, namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas threshold sebesar 120 persen.
 
Di sisi lain, ia mengungkapkan nilai outstanding piutang pembiayaan tumbuh 12,96 persen (yoy) pada November 2022 menjadi sebesar Rp409,5 triliun, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 32,8 persen (yoy) dan 23,1 persen (yoy).
 
Profil risiko perusahaan pembiayaan masih terjaga dengan rasio Non Performing Financing (NPF) tercatat turun menjadi sebesar 2,48 persen dari Oktober 2022 sebesar 2,54 persen, sedangkan sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 5,06 persen (yoy), dengan nilai aset mencapai Rp341,87 triliun.
 
"Gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,01 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali," tambahnya.

Baca juga: OJK: Kredit perbankan naik jadi Rp6.347,5 triliun di November 2022
 
Sementara itu, lanjut Ogi, kinerja perusahaan teknologi finansial atau FinTech Peer to Peer (P2P) Lending pada November 2022 masih mencatatkan pertumbuhan dengan outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 72,7 persen (yoy) dan meningkat sebesar Rp96 miliar menjadi Rp50,3 triliun.
 
Tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) FinTech P2P Lending tercatat menurun menjadi 2,83 persen dari Oktober 2022 sebesar 2,9 persen). Namun demikian, OJK mencermati tren kenaikan risiko kredit dan penurunan kinerja di beberapa FinTech P2P Lending.
 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2023