Jakarta (ANTARA) - Badan pariwisata Thailand memperkirakan sekitar 300.000 wisatawan asal China akan mengunjungi Thailand pada kuartal pertama 2023 usai China membuka kembali perbatasannya.

"Sektor pariwisata bersiap untuk menyambut kedatangan wisatawan China," tutur Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand (Tourism Authority of Thailand/TAT) Yuthasak Supaporn kepada Xinhua dalam sesi wawancara via sambungan telepon.

Dia mengatakan bahwa para pengunjung pertama tersebut sebagian besar adalah individu yang telah memesan penerbangan dan hotel secara daring, dan membuat rencana perjalanan mereka sendiri melalui aplikasi perjalanan.

Kendati cuaca yang sejuk dan bel-bel kegembiraan mulai berdentang, jumlah pengunjung asing di Jim Thompson Farm, objek wisata rekreasi yang dibuka kembali dan berjarak tiga jam perjalanan dari Bangkok, masih sangat sedikit.

Dibuka hanya selama enam pekan dalam setahun, perkebunan itu menarik para pengunjung lewat hamparan ladang bunganya yang menakjubkan dan pengalaman budaya setempat.

Namun, perkebunan itu masih menjadi destinasi yang tidak banyak diketahui bagi pengunjung asing meski Thailand telah sepenuhnya dibuka untuk pelancong internasional sejak Juli lalu.

"Tahun ini, (jumlah) pengunjung lebih sedikit dari sebelumnya. Sangat menggembirakan saat mengetahui wisatawan China akan kembali dalam waktu dekat! Ajak teman-teman Anda ke tempat ini untuk merasakan pengalaman tur perkebunan," ujar Nui, seorang penjual kopi di perkebunan itu yang antusias setelah mendengar seseorang berbicara dalam bahasa Mandarin usai hampir tiga tahun tidak dikunjungi oleh wisatawan China.

Wisatawan China menyumbang hampir sepertiga dari hampir 40 juta pengunjung asing di Thailand pada 2019.

Sektor pariwisata negara tersebut menyambut gembira pengumuman dari pemerintah China yang menyampaikan bahwa pihaknya akan menghapus karantina bagi para pelancong mulai 8 Januari.

Suasana keceriaan yang didorong oleh berita kembalinya wisatawan China melanda negara yang bergantung pada sektor pariwisata tersebut.

Sebagian besar objek wisata di Thailand telah dilengkapi dengan sejumlah penanda dalam bahasa Mandarin. 

"(Mengunjungi) pantai dan (mencicipi) makanan masih menjadi aktivitas favorit mereka. Dalam bab baru ini, kami ingin mempromosikan paket tur eksklusif di wilayah timur laut, sudut di Thailand yang jarang dikunjungi oleh wisatawan dan dipenuhi oleh keindahan alam serta keaslian Thailand," papar Yuthasak, seraya menambahkan bahwa TAT akan mengusulkan kepada sejumlah badan terkait untuk tidak menerapkan pembatasan pada wisatawan China.
 
   .


Di taman bersejarah yang berjarak sekitar 270 kilometer di timur laut Bangkok, sejumlah penanda yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Mandarin serta kode QR untuk pengenalan via audio terlihat di setiap sudut.

"Phimai Historical Park menampilkan beberapa candi Khmer yang paling terpelihara dengan baik di Thailand. Meski tempat itu adalah destinasi yang jarang dikunjungi oleh para wisatawan China, kami yakin ada kelompok khusus yang mungkin tertarik dengan kekayaan budaya dan menginginkan interaksi yang tidak terlalu bernuansa wisata di tempat ini. Hal yang harus kami lakukan adalah melakukan persiapan dengan baik untuk menyambut kedatangan mereka," kata Phon, seorang pemandu di taman itu kepada Xinhua.

"Gelombang pertama wisatawan China kemungkinan akan tiba pada pertengahan Januari. Kami harus mengatasi isu kelangkaan tenaga kerja termasuk staf hotel, pengemudi, dan pemandu wisata berbahasa Mandarin. Selain itu, hasil tes PCR negatif masih diperlukan dalam kurun waktu 48 jam sebelum keberangkatan bagi wisatawan China saat mereka pulang ke China. Jadi, kami harus membantu mengatur titik pengujian dan memfasilitasi rumah sakit untuk menangani hal ini,"

 
 


"(Mengunjungi) pantai dan (mencicipi) makanan masih menjadi aktivitas favorit mereka. Dalam bab baru ini, kami ingin mempromosikan paket tur eksklusif di wilayah timur laut, sudut di Thailand yang jarang dikunjungi oleh wisatawan dan dipenuhi oleh keindahan alam serta keaslian Thailand," papar Yuthasak, seraya menambahkan bahwa TAT akan mengusulkan kepada sejumlah badan terkait untuk tidak menerapkan pembatasan pada wisatawan China

Pernyataan gubernur TAT tersebut diamini oleh Mak, pengemudi tuk-tuk di Bangkok yang kesulitan mencari nafkah sejak merebaknya pandemi COVID-19.

Usai memarkir tuk-tuk miliknya di sebuah jalan lengang di depan Grand Palace Bangkok pada malam Tahun Baru, pengemudi yang merasa bosan tersebut menunggu kedatangan penumpang.

"Tampaknya, ada secercah harapan saat Thailand dibuka untuk wisatawan asing pada Juli, tetapi pemulihan sepenuhnya masih memerlukan proses yang panjang. Saya merogoh kocek sekitar 500 baht (10 baht = Rp4.570) per hari untuk menyewa kendaraan itu dan membeli bensin. Namun, kadang kala saya hanya mendapatkan satu atau dua penumpang dalam sehari," ujar Mak kepada Xinhua.

"Kami menantikan kembalinya wisatawan China. Mereka membawa harapan untuk peningkatan ekonomi. Kami merindukan hiruk pikuk Bangkok yang dulu dengan masuknya para wisatawan yang ceria," imbuh Mak. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023