Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Kita Jakarta Dimas Dwi Saputro memperingatkan potensi penularan tuberkolosis (TBC) dapat terjadi pada anak yang dapat ditularkan melalui droplet atau percikan air liur, serupa dengan penularan COVID-19.

Dalam diskusi virtual Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diikuti dari Jakarta, Kamis, Dimas menjelaskan bahwa penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru, meski dapat juga berdampak kepada bagian tubuh lain.

"Ini biasanya ditularkan melalui droplet atau percik renik, percikan ludah yang ukurannya sangat kecil kira-kira di bawah lima mikron. Ukuran yang sangat kecil itu membuat mudah masuk ke dalam paru-paru kita dari saluran napas langsung masuk ke dalam organ paru kita," ujarnya.

Baca juga: Menko PMK khawatirkan tingginya kasus TBC berisiko tulari anak-anak

Bakteri penyebab TBC yang dapat tersalurkan lewat droplet itu juga mudah menyebar melalui udara, mengingat ukurannya yang kecil, serupa dengan cara penularan COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

"Bedanya, kalau COVID-19 tertularnya sekarang sakitnya besok. Tapi, kalau TBC ketularannya sekarang, sakitnya bisa dua atau empat pekan lagi, bahkan sampai satu tahun," jelasnya.

Hal itu bisa terjadi karena bakteri yang menyebabkan TBC menginfeksi tubuh secara senyap.

Terkait penularan terhadap anak, dia mengatakan potensi terjadi tidak hanya melalui kontak dekat seperti mencium bayi. Tapi, bisa terjadi ketika berada di dekat seseorang yang menderita TBC.

Anak kecil yang terinfeksi TBC, jelasnya, mengindikasikan bahwa terjadi transmisi lokal bakteri tersebut. Hal itu mengingat droplet yang berisi bakteri TBC dapat menetap di udara selama minimal empat jam.

"Anak kecil kalau sampai sakit TBC dapatnya dari orang yang sakit TBC, paling sering adalah orang dewasa. Jadi, kalau ada anak sakit TBC itu amat sangat jarang menular ke anak kecil yang lain, tapi dapatnya dari orang dewasa," kata Dimas.

Baca juga: Anak usia sekolah termasuk kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC

Baca juga: Dokter: berat badan anak tidak naik waspada "silent diseases"


Pemerintah terus mendorong eliminasi TBC dari Tanah Air. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada November 2022 menargetkan mulai awal tahun ini pemeriksaan TBC harus mencapai 60.000 kasus per bulan untuk mendukung eliminasi TBC pada 2030.

Pemeriksaan perlu ditingkatkan mengingat laju yang masih rendah. Menurut data Kemenkes, dari target 969 ribu angka insiden TBC pada 2021 baru 50-60 persen atau sekitar 500-600 ribu kasus yang ditemukan.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023