Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa anak-anak yang tumbuh di DKI Jakarta belum bisa dinyatakan bebas dari bahaya stunting, karena kasus tersebut masih terus ditemukan.

“Bisa dibayangkan kalau stuntingnya 14 persen. Berarti masih ada sekitar 110 ribu balita stunting di DKI Jakarta. Wajar kalau di Pejaten masih ada 19 anak gizi buruk,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis.

Hasto membeberkan dalam data yang dimiliki BKKBN, DKI Jakarta setidaknya memiliki sekitar 790 ribu balita. Namun, angka prevalensinya sampai hari ini masih menyentuh 14 persen atau sekitar 110 ribu balita menderita stunting.

Baca juga: Dinas PPAPP DKI: Kehadiran keluarga berperan strategis tekan stunting

Baca juga: Mencegah stunting di ibu kota


Meskipun DKI Jakarta menjadi daerah kedua yang angka prevalensi stuntingnya paling rendah setelah Bali, pihaknya kembali menemukan 19 anak dinyatakan menderita gizi buruk dan punya penyakit penyerta di Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Penemuan tersebut diketahui berdasarkan hasil identifikasi petugas kelurahan dan Puskesmas di Pejaten Barat pada September 2022.

Menurut Hasto, adanya temuan kasus stunting itu merupakan hal wajar, karena semua provinsi masih berjuang menekan stunting.

Ia mengatakan prevalensi stunting di DKI Jakarta masih dikatakan cukup baik. Sebab, tidak termasuk dalam kategori tinggi, seperti Sulawesi Barat, NTT, NTB, Papua, atau Aceh.

Terkait temuan 19 anak stunting di Jakarta tersebut, Hasto menyatakan akan segera menemui Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk memberikan pendampingan pada keluarga yang bersangkutan.

“Saya akan komunikasikan dengan Gubernur. Selama ini DKI Jakarta tidak mengikuti sistem pendataan BKKBN. Di luar DKI ada data keluarga risiko tinggi stunting, saya kira sistem di DKI akan mengatur itu, tapi khusus DKI punya data sendiri berbasis carik Jakarta,” katanya.

Baca juga: PKK: Stunting problem kompleks yang harus dihadapi dari berbagai sisi

Baca juga: Angka bayi dengan berat badan lahir rendah di DKI Jakarta meningkat


Ia berpendapat bahwa Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), juga bisa membantu mencegah anak terkena stunting di wilayah DKI Jakarta, dimana para donatur bisa memberikan bantuan untuk melakukan intervensi gizi kepada anak berisiko stunting.

Nantinya, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Satgas Stunting, akan menerima dan mengatur serta memadupadankan data anak berisiko stunting di daerah tersebut agar bisa mendapat bantuan dan pendampingan.

“Di Jakarta banyak pengusaha, banyak orang yang hidup berkecukupan. Harapan saya program BAAS bisa sukses di DKI Jakarta dan akan cepat menurunkan stunting serta kemiskinan ekstrem,” ujarnya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023