Lombok Tengah, NTB (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, melakukan kerja sama dengan pondok pesantren (ponpes) untuk pengolahan sampah dan mengurangi produksi sampah.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Tengah, H Amir Ali di Praya, Jumat, mengatakan pembinaan terhadap ponpes dilakukan untuk mengurangi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Untuk tahap awal kita melakukan program ini di ponpes di Desa Wisata Bilebante," katanya.

Oleh sebab itu, pihaknya saat ini telah melakukan penyusunan program kerja untuk penguatan kegiatan pengolahan sampah bersama ponpes tersebut.

Selain itu, pihaknya juga masih melakukan kajian dari segi ekonomi sehingga program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Program ini kita laksanakan secara bertahap. Kalau ini sukses, kami akan terapkan di semua ponpes," katanya.

Baca juga: Waktu Bau Nyale di Mandalika ditetapkan 10-11 Februari 2023

Baca juga: Pemkab Lombok Tengah dukung pengembangan sekolah penggerak


Dalam program ini, ponpes  yang telah dijadikan pilot projek telah siap untuk mengelola sampah dan pemerintah daerah akan menyiapkan fasilitas pendukungnya.

"Kami ingin mewujudkan ponpes mandiri dan bebas sampah," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, telah memasang jaring sampah permanen untuk menahan sekaligus mengumpulkan sampah di jaringan irigasi untuk mengantisipasi terjadi banjir atau genangan air saat hujan.

"Jaring sampah itu dipasang agar aliran air irigasi itu tetap lancar dan gorong-gorong tidak tersumbat," kata Kepala Dinas PUPR Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Rahadian.

Jaring sampah yang dibuat dari bahan besi tersebut dipasang di beberapa titik di wilayah Kota Praya maupun di wilayah Lombok Tengah yang menjadi langganan genangan air saat musim hujan.

Dengan adanya pemasangan jaring sampah tersebut diharapkan tidak terjadi lagi genangan air atau banjir, karena penyebabnya adalah tumpukan sampah yang terbawa arus air.

"Salah satu penyebab terjadinya banjir itu adalah sampah yang dibuang sembarangan dan saat terjadi hujan mengakibatkan jaringan irigasi atau sungai tersumbat," katanya.

Baca juga: BMKG: Masih ada potensi curah hujan tinggi di NTB awal 2023

Baca juga: Program pilah sampah dari rumah cegah limbah mikroplastik di Mataram

Baca juga: NTB klaim zero waste mampu kurangi sampah TPA 1,9 juta ton



 

Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2023