Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan, David Lin, mengatakan kunjungan Presiden Taiwan Chen Shui-Bian ke Batam adalah kunjungan biasa dan tidak punya tujuan politik apa-apa. "Itu karena presiden kami baru saja bepergian jauh dari Polandia, Dominica, Libia. Berhenti di Libia selama tujuh jam dan melanjutkan ke Taiwan," kata David, di sela-sela acara "Taiwan Tourism and Travel Promotion and 30th anniversary of Taiwan Agricultural Technical Mission in Indonesia" di Jakarta, Jumat. Ia menegaskan pemberhentian di Batam, adalah karena pesawatnya perlu mengisi bahan bakar, sementara presiden dan kru serta delegasi lelah dan butuh istirahat. "Kami semua senang karena presiden dan seluruh delegasi dapat punya waktu ke zona industri spesial, Batam, karena sejak 20 tahun lalu kami mencoba memulai kerja sama ekonomi dengan mendorong orang kami untuk berinvestasi di Batam," katanya. Selain itu, Taiwan memiliki klub investor di Batam serta sekitar 50 proyek investasi. Pesawat China Airlines CI-1590 hari Kamis (11/5) sekitar pukul 14.00 WIB yang membawa Presiden Taiwan, Chen Shui-Bian melakukan pendaratan di Batam setelah terbang selama delapan jam untuk minta izin mengisi bahan bakar sebelum melanjutkan perjalanan ke negaranya. Persoalan singgahnya Presiden Taiwan di Batam itu menjadi sensitif mengingat politik luar negeri Indonesia menganut kebijakan Satu China (One China Policy), yaitu mengakui pemerintah Republik Rakyat Cina sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah di wilayah itu. Presiden Chen dan rombongan meninggalkan Batam lewat Bandara Hang Nadim tujuan Taipei, Jumat pukul 10.30 WIB dengan China Airlines, setelah pesawatnya diizinkan mendarat untuk mengisi bahan bakar sehari sebelumnya pada sekitar pukul 14.00 WIB, namun kemudian menginap semalam Chen dan rombongan yang kedatangan dan keberangkatannya tidak disambut dengan protokoler resmi kenegaraan, dalam perjalanan pulang melalui Hang Nadim, sempat melihat-lihat Kawasan Industri Batamindo, tanpa turun dari mobil.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006