Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan Petani Internasional (La Via Campesina) bersama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI), di Jakarta, Minggu, menggelar Konferensi Rakyat Asia Pasifik untuk Beras dan Ketahanan Pangan se-Asia Pasifik sebagai tandingan Konferensi Organisasi Pangan dan Agrikultur PBBB (FAO) yang berlangsung 15-19 Mei 2006, juga di Jakarta. Konferensi tandingan yang dibuka satu hari sebelum Konferensi FAO itu akan berlangsung hingga 18 Mei. Konferensi yang bertema "Rice is life, culture, and sovereignity" itu dihadiri oleh organisasi petani Filipina (Paragos and UNORKA), Thailand (AOP), Korea Selatan (KPL and KWPA), Jepang (Nouminren), India (KRRS and BKU), Sri Lanka (MONLAR), Nepal (ANPA), Bangladesh (BKF), Amerika Serikat (NNFC), Vietnam (VNFU), dan Timor Leste (HASATIL). "Ini waktunya bagi dunia, dan pemerintah berbagai negara untuk mendengarkan aspirasi petani dan masyarakat. Jadi, petani tak terpinggirkan oleh kepentingan bisnis dan politik," kata Ketua Presidium FSPI, Wagimin, di Jakarta, Minggu. Dalam acara tersebut juga digelar rapat umum petani yang mengerahkan jumlah massa yang banyak untuk memberi tekanan kapada FAO dan pemerintah negara-negara Asia Pasifik dan membangun pendapat umum (opini publik) tentang konsep kedaulatan pangan dalam kebijakan perberasan. Wagimin mengatakan masalah kelaparan dan kemiskinan tidak dapat diselesaikan hanya dengan ketersediaan makanan, namun pemerintah harus mendorong petani untuk mengontrol seluruh faktor produksi. "Reformasi agraria harus dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan,"katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006