Pekanbaru (ANTARA News)> - Kapolda Riau Brigjen (Pol) Ito Sumardi DS mengungkapkan, pihaknya saat ini sedang memburu enam orang yang diduga kuat sebagai pelaku pembunuh gajah di Desa Pasir Putih, Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) baru-baru ini. "Kita sudah memeriksa seorang saksi, saksi tadi melihat enam orang pelaku yang sedang melakukan pembunuhan terhadap gajah itu," ujar Kapolda di Pekanbaru, Senin. Ia mengatakan, pihaknya masih menyelidiki keterkaitan keenam orang tersebut dalam kasus pembunuhan gajah jantan yang ditemukan dengan tiga lobang tembakan pada Senin (8/5) pekan lalu. Hewan langka itu dibunuh untuk diambil gadingnya. Kapolda berjanji akan menindak tegas pelaku pembunuhan gajah tersebut karena dampak yang ditimbulkan dari pembunuhan gajah ini sangat berat berupa menurunnya harga Cruide Palm Oil (CPO) Indonesia. "Dampak yang ditimbulkan akibat ulah mereka ini sangat besar sekali, kerugian itu tidak hanya akan dialami Indonesia akan tetapi petani-petani sawit di daerah ini juga akan kena dampak dari ulah mereka," katanya. Ito mengakui, pihaknya sudah mengenal satu dari enam orang pelaku tadi dan pihaknya masih mengkaji keterlibatan keenam orang itu. Seperti diketahui, beberapa hari lalu ditemukan lagi seekor bangkai gajah tanpa gading di Desa Pasir Putih, Kecamatan Kelayang Kabupaten Inhu. Dari otopsi yang dilakukan tim WWF dan KSDA Riau ditemukan dua butir peluru dari senjata api yang berbeda bersarang di kepala hewan langka itu. Sementara itu data WWF Indonesia jumlah gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Riau menyusut drastis, bahkan dalam tujuh tahun terakhir populasi gajah berkurang hingga 50 persen, dari sekitar 700 pada tahun 1999 menjadi sekitar 350-an ekor saat ini. Berkurangnya populasi gajah itu karena hilangnya habitatnya akibat kebijakan konversi lahan. Selama 23 tahun terakhir tutupan hutan Riau telah berkurang hingga 57 persen, dari 6,4 juta hektare menjadi 2,7 juta hektare dan sebagian besar akibat aktivitas konversi ilegal.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006