Magelang (ANTARA News) - Warga yang tinggal di antara Kali Lamat dan Cacaban merasa lega setelah keluar semburan awan panas raksasa dari Gunung Merapi, karena ikhwal itu sebagai pertanda alami bahwa situasi kritis telah lewat. "Sekarang sudah lumayan lega karena awan panasnya sudah keluar, itu artinya yang ada di dalam gunung sudah berkurang," kata Kepala Desa Ngandong Surat (46) kepada ANTARA News di Magelang, Senin petang usai meninjau puluhan warganya yang kini menempati sejumlah pengungsian di daerah aman. Sekitar 83 jiwa warga lereng Merapi dari dusun itu terutama perempuan, jompo, anak-anak dan bayi telah dievakuasi ke sejumlah pengungsian antara lain antara lain di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Desa Tanjung Kecamatan Muntilan (21 orang), Tempat Penampungan Sementara (TPS) Balai Desa Banyubiro Kecamatan Dukun (23), gedung swasta Dusun Mirombo Desa Dukun Kecamatan Dukun (22). Lainnya, katanya, menumpang di sejumlah rumah keluarga antara lain di Desa Sumber, Ngentak dan Berut Kecamatan Dukun sekitar 17 jiwa. "Kami yang laki-laki masih kuat dan muda-muda tetap di desa untuk menjaga rumah dan merawat tenak serta tanaman," katanya. Ia mengaku, mendapatkan bantuan logistik untuk mereka yang menjaga desa dari Tim Relawan Merapi Paroki Sumber. Jumlah seluruh warga desa itu 130 jiwa. Evakuasi terhadap warga setempat dilakukan Senin (15/5) sekitar pukul 08.00 WIB setelah mereka melihat langsung semburan awan panas berbentuk cendawan raksasa dari puncak gunung tersebut. Peristiwa semburan awan panas Senin (15/5) pagi selama beberapa kali itu disebut Kadus Surat bukan sebagai terbesar yang selama ini dialami masyarakat setempat. "Kalau yang saya alami paling besar Tahun 1994, semua serba gelap karena langit hitam, kalau yang hari ini tidak ada hujan abu segala dan tidak terasa ada `lindu` (Gempa bumi,Red)," katanya. Ia menilai, banyak warganya sejak Minggu (14/5) malam sudah merasa kawatir Merapi bakal meletus karena melihat langsung luncuran awan panas dan lava pijar berskala kecil tetapi rentang waktunya relatif pendek. Seksi Informasi Tim Relawan Merapi Paroki Sumber Susanto mengatakan, pihaknya memfasilitasi pengungsian warga lereng Merapi dengan model "Ngenger" (Menumpang di rumah keluarga-keluarga yang aman dari bahaya Merapi,Red). Hingga saat ini, katanya, satu keluarga di Desa Sumber menampung delapan anak sekolah sedangkan sebanyak 35 jiwa warga Desa Braman "ngenger" di rumah salah seorang keluarga di Desa Kalibening Dukun. "Yang menumpang di Kalibening bahkan sudah menyiapkan diri membawa berbagai perbekalan, dan kami membantu logistik juga," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006