Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) Bambang Dwiyanto menyatakan awan panas yang lebih besar dibandingkan awan panas berjarak tempuh empat kilometer yang muncul Senin pukul 05.55 WIB kemungkinan masih akan terjadi pada Gunung Merapi. "Tipikal erupsi Merapi memang seperti itu, keluar awan panas dan luapan lava pijar. Tapi masih dimungkinkan terjadinya awan panas besar atau sangat besar karena kubah baru di atas masih seperti itu. Yang tadi pagi itu baru cuilannya saja," katanya di Jakarta, Senin. Ia menyatakan pihaknya tidak bisa memperkirakan kapan letusan dan luapan lava pijar dari gunung berapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu akan berakhir. "Kita lihat dan ikuti saja sambil mewaspadai segala sesuatu yang kemungkinan terjadi. Kita akan terus memantau dan memberikan rekomendasi kepada pihak terkait berdasarkan yang kita ketahui," ujarnya. Bambang menjelaskan petugas Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) dan pos-pos pengamatan di sekitar Gunung Merapi akan terus memantau aktifitas vulkanik Merapi dan memberikan rekomendasi kepada pihak terkait. "Petugas kamilah yang terakhir kali meninggalkan tempat karena mereka berada di garis terdepan untuk memberitahukan setiap perkembangan dan memberikan rekomendasi teknis," jelasnya. Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah setempat supaya senantiasa melakukan koordinasi dan komunikasi dengan BPPTK. Pada Senin pukul 05.55 dinihari Gunung Merapi mengeluarkan awan panas berjarak tempuh empat kilometer menuju alur Kali Krasak dan pukul 08.23 WIB masih ada aliran awan panas berjarak tempuh 3,5 kilometer ke arah yang sama. Menurut pengamatan BPPTK Yogyakarta , Gunung Merapi mengeluarkan awan panas sebanyak 43 kali dari pukul 00.00-12.00 WIB dengan luncurannya ke arah hulu Kali Krasak dan Kali Boyong, serta sebagian masuk hulu Kali Gendol. Kepala BPPTK Yogyakarta Dr A Ratdomo Purbo menyatakan 16 kali luncuran awan panas terjadi pada pukul 00.00 WIB-06.00 WIB dan sisanya (27 luncuran awan panas-red) terjadi dari pukul 06.00 WIB-12.00 WIB. "Awan panas yang terjadi Senin jumlahnya lebih sedikit dibanding yang terjadi Minggu (14/5), namun jarak luncurnya lebih panjang. Pada Minggu (14/5) awan panas terjadi 57 kali ke arah hulu Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Boyong dengan jarak luncur maksimum 2,5 kilometer," katanya. Ia mengatakan, jarak luncur awan panas Merapi dapat mencapai maksimum 12 kilometer, namun selama ini awan panas yang terjadi dengan jarak luncur maksimum enam kilometer. "Oleh karena itu, warga yang bermukim di radius enam kilometer dari puncak Merapi harus waspada, karena jarak luncur awan panas tidak dapat diprediksi secara tepat, bisa enam hingga delapan kilometer, bahkan bisa lebih dari 10 kilometer," kata Ratdomo. Menurut Ratdomo, awan panas yang terjadi Senin pagi itu baru sebagian kecil dari guguran atau longsoran kubah lava dengan volume sekitar 2,3 juta meter kubik. Guguran atau longsoran kubah lava yang menjadi awan panas masih bisa lebih besar lagi. "Untuk itu, warga yang tinggal di kawasan rawan bencana harus berhati-hati dan waspada, karena awan panas masih bisa terjadi lagi dengan volume yang lebih besar" katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006