Jakarta (ANTARA News) - Kendati cenderung membaik dibandingkan hari sebelumnya, Presiden RI periode 1966-1998, HM Soeharto, kondisi kesehatannya pada hari kesembilan pasca-operasi pemotongan usus secara keseluruhan belum stabil. "Keadaannya masih naik turun, tidak stabil," kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Brigjen TNI Dr. Mardjo Soebandiono, kepada pers di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, Selasa. Menurut dia, hingga saat ini fungsi beberapa organ tubuh penguasa Orde Baru (Orba) itu masih mengalami gangguan. "Fungsi ginjalnya masih naik turun, tetapi tidak sampai harus cuci darah," katanya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini sudah tidak ada perdarahan di usus Soeharto. "Kemarin keadaannya memang memburuk dan terjadi perdarahan, namun saat ini sudah berhenti," katanya. Menurut dia perdarahan itu merupakan efek pemberian obat pengencer darah, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke, pasca-operasi ususnya, Efek yang berlawanan itu, kata dia, terjadi akibat komplikasi penyakit yang diderita Pak Harto. Selain mengalami gangguan pada saluran cerna, Mardjo menjelaskan, Soeharto juga mengalami gangguan jantung, ginjal dan paru-paru. "Karena itu, selama satu minggu sejak kemarin pemberian pengencer darah kita hentikan dulu untuk mencegah perdarahan," katanya. Hal itu, ujarnya, tidak akan berdampak negatif pada kondisi jantung Soeharto. Kondisi saluran cerna Soeharto, menurut dia, saat ini keadaannya telah membaik, dan perdarahan disaluran cerna telah berhenti, serta asupan nutrisinya meningkat menjadi lebih dari 1.000 kalori. Ia menjelaskan pula, selain diberi makanan melalui pipa lambung dan infus, saat ini mantan Presiden Soeharto juga telah diberi makanan lunak melalui mulut. "Beliau juga sudah sadar penuh, dan sudah bisa tersenyum," demikian Mardjo. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006