gempa bumi yang baru-baru ini terjadi dikenal dengan nama awan Lenticularis.
Kepala BMKG Yustus Rumakiek di Jayapura, Sabtu mengatakan
awan Lenticularis berbentuk mirip seperti lensa atau piring yang terbentuk karena angin yang berembus sejajar dengan permukaan bumi namun mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan sehingga membuat arus udara bergerak naik secara vertikal.
Jika udara naik dan mengandung banyak uap air serta bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung, uap air tersebut akan mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung.
Awan ini mengindikasikan adanya aliran udara tidak beraturan (turbulensi) yang kuat di lapisan atmosfer sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan.
" Awan ini terbentuk murni fenomena meteorologis (cuaca) dan tidak ada kaitannya dengan gempa bumi seperti yang beredar di masyarakat saat ini, fenomena baru muncul sekali ini saja di wilayah Jayapura," jelas Rumakiek.
Baca juga: BMKG: Gempa darat di Jayapura bermagnitudo 5,4 timbulkan kerusakan
Baca juga: BMKG: Karakteristik batuan rapuh faktor Jayapura sering terjadi gempa
Sebelumnya BMKG menyatakan sejak tanggal 2 Januari hingga Sabtu (11/2) pukul 09:15 WIT telah terjadi gempa bumi di wilayah sekitar Kota Jayapura sebanyak 1.174 kali dengan 172 kejadian diantaranya dirasakan oleh masyarakat.
Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.
Baca juga: Gempa bumi magnitudo 4 berpusat di darat guncang Jayapura
Baca juga: Ada 914 gempa sejak Januari, BMKG Jayapura imbau cek bangunan rumah
Baca juga: Ada 914 gempa sejak Januari, BMKG Jayapura imbau cek bangunan rumah
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2023