Jakarta (ANTARA News) - Konsorsium perusahaan China, China National Technical Import & Export Corporation (CNTIC), telah mengajukan proposal awal kepada pemerintah Indonesia untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebesar 10.000 MW di pulau Jawa (10 lokasi) dan luar Jawa (14 lokasi). Hal tersebut diungkapkan Dubes RI untuk China Sudrajat yang didampingi Pelaksana Tugas Dirut PLN Juanda Nugraha Ibrahim kepada wartawan, usai rapat di Kantor Wapres Jakarta, Kamis petang. Rapat yang dipimpin Wapres Jusuf Kalla itu dihadiri Menko Perekonomian Boediono, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri Negara BUMN Sugiharto, dan pimpinan Direksi PLN. Rapat itu membicarakan tindak lanjut dari kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke China pada 18-22 April 2006 lalu. Saat kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke China tersebut, PT PLN (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebesar 10.000 MW senilai tujuh miliar dolar AS dengan empat konsorsium perusahaan China. Dari pihak China, MoU itu ditandatangani konsorsium China National Machinery Import & Export Corporation (CMC), China National Machinery & Equipment Import & Export Corporation (CMEC), China Huadian Corporation (CHD), dan konsorsium China National Technical Import & Export Corporation (CNTIC). "Dari empat konsorsium tersebut, satu konsorsium yakni CNTIC telah mengajukan proposal awal," kata Sudrajat. Konsorsium CNTIC terdiri dari China National Technical Import & Export Corporation (CNTIC), Dongfang Electric Corporation (DEC), Harbin Power Equipment Co Ltd (HPC), dan Shanghai Electric Group Corporation Ltd (SEC). Pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebesar 10.000 MW itu ditargetkan selesai dalam dua sampai tiga tahun sehingga diharapkan awal 2009 sudah dapat beroperasi. "Pada awal Juli ini diharapkan sudah bisa diketahui konsorsium mana yang akan membangun pembangkit listrik tersebut. Saat ini semua hal teknis masih dalam penjajakan, kita masih saling mempelajari kemungkinan kerjasama yang akan dilaksanakan," kata Dubes Sudrajat. Pemilihan konsorsium perusahaan yang akan membangun pembangkit listrik itu, katanya, berdasarkan empat pertimbangan yakni penawaran harga yang paling kompetitif, kemampuan atau kapasitas pembangunan itu, kecepatan atau kurun waktu pembangunan yang bisa dipenuhi dan masalah skema keuangan. Sementara itu, Pelaksana Tugas Dirut PLN Juanda Nugraha Ibrahim mengatakan, dalam rangka mengantisipasi kekurangan listrik di Jawa dan Luar Jawa, PLN sudah melakukan langkah yaitu melakukan 24 kontrak kemitraan dan 16 kontrak untuk daerah krisis guna membangun pembangkit listrik. "Jadi totalnya 40 kontrak dengan kapasitas total sekitar 1.390 MW," katanya. Sedangkan untuk listrik swasta, katanya, juga sudah ditenderkan pula pembangunan pembangkit listrik sebesar 3.600 MW. Bahkan, pembangunan PLTU Cirebon berbahan bakar batubara sudah ditetapkan pemenangnya, dan masih ada enam pembangunan pembangkit listrik yang sudah ditenderkan dan dalam dua tiga bulan ini diharapkan sudah bisa ditetapkan pemenangnya. "Pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara sebesar 10.000 MW itu merupakan `On Top` dari itu semua, dalam rangka mensubsitusi BBM, meningkatkan efisiensi PLN dan sekaligus meningkatkan efisiensi nasional," katanya. Dikatakan Juanda Nugraha, dengan pembangkit listrik 10.000 MW itu diharapkan PLN bisa mengurangi konsumsi BBM yang pada 2005 hampir mencapai 11 juta kilo liter per tahun. "Semoga bisa diturunkan sampai 1 hingga 1,5 juta kilo liter per tahun. Ini berdampak pada penekanan biaya produksi PLN agar lebih efisien, tidak perlu mengimpor dan ke depan tidak perlu lagi menaikkan TDL," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006