Jakarta (ANTARA News) - Presiden RI periode 1966-1998, HM Soeharto, menjalani operasi pengeluaran bekuan darah di bawah kulit pada dinding perut yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB hingga pukul 10.30 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. "Pada evaluasi didapatkan bekuan darah sebanyak 90 cc di bawah kulit pada dinding perut, sehingga diputuskan untuk melakukan tindakan pengeluaran bekuan darah dan penjahitan ulang," kata Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, Adji Suprajitno, kepada pers di Jakarta, Jumat. Dokter ahli bedah Kepresidenan Hermansyur menjelaskan pembekuan darah di bawah kulit pada bekas operasi itu terjadi karena mantan Presiden Soeharto sering batuk. "Karena beliau batuk, maka terjadi perdarahan pada luka bekas operasi dan akhirnya menjadi suatu bekuan darah," katanya. Bekuan darah itu, kata dia, berpotensi menyebabkan infeksi jika ada kuman yang masuk, sehingga tim dokter kepresidenan dan RSPP memutuskan untuk mengeluarkan bekuan darah itu dan melakukan penjahitan ulang. Lebih lanjut dia menjelaskan agar kasus tersebut tidak terjadi lagi, kali ini tim dokter menjahit luka operasi dengan lebih rapat. Dokter Adji Suprajitno menjelaskan tidak ada hal-hal luar biasa yang terjadi selama prosedur operasi dilakukan. Menurut dia, keadaan umum mantan Presiden Soeharto di hari ke-12 pasca operasi pemotongan usus sepanjang 40 cm belum banyak mengalami perubahan. "Keadaan umum masih seperti kemarin dalam kondisi mengantuk," katanya. Dikatakannya kepada mantan Presiden Soeharto hari ini telah diberikan obat-obatan untuk mengatasi gangguan irama jantung yang dideritanya. Sementara itu, menurut dia, fungsi paru-paru relatif stabil dan fungsi ginjal masih terganggu dan masa kritis belum terlampaui. Dia juga menjelaskan bahwa gangguan kejang mioklonik terkadang masih terjadi, walaupun tidak menyebutkan frekuensinya. "Sampai sekarang beliau masih menggunakan alat bantu jantung, tetapi tidak lagi menggunakan alat bantu pernafasan yang melalui hidung," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006