Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM mengalihkan dana pengadaan tungku briket batubara sebesar Rp58 miliar untuk pengadaan kompor gas menyusul rendahnya permintaan masyarakat terhadap tungku batubara tersebut. "Kemenkop punya tugas pengadaan tungku karena respon kurang, kita rem tapi tidak dihentikan, dananya dialihkan ke kompor gas," kata Menkop dan UKM Suryadharma Ali kepada pers di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan belum mengetahui apakah semua dana itu akan dialihkan untuk kompor gas atau tidak. Menurut Menkop, sejak program pengadaan tungku dicanangkan ternyata permintaan masyarakat tidak besar. Bahkan dari evaluasi selama ini tidak terjadi peningkatan permintaan briket. Dari total produksi briket sebesar 27 ribu ton, lanjutnya, hingga kini permintaannya juga hanya sebesar itu. Dengan kata lain tidak terjadi peningkatan permintaan bahkan untuk di daerah-daerah dimana pabrik briket tersebut berada seperti di Gresik. Pihaknya, menurut Menteri, sebenarnya sudah berupaya untuk melakukan sosialisasi besar-besaran dengan strategi pemasaran seperti spiral. "Strategi pemasaran kita seperti spiral dari kecamatan terpenuhi terus naik ke kabupaten dan seterusnya. Namun ternyata permintaan masyarakat terhadap kompor yang diberikan secara gratis tersebut tidak ada pada para Kepala Dinas," katanya. Untuk program pengadaan tungku batubara ini, pemerintah mentargetkan pembuatan satu juta tungku yang akan diberikan gratis kepada UKM yang melakukan aktivitas memasak (menggunakan kompor) dalam jangka waktu lama. Menurut perhitungan semula, lanjutnya, dengan pengadaan satu juta tungku dan kebutuhan briket per harinya mencapai empat kg maka diperlukan empat juta kg briket. Sementara sekarang produksi briket hanya mencapai 27 juta kg atau hanya untuk mencukupi kebutuhan tujuh hari jika tidak terjadi penambahan produksi. "Namun setelah kampanye besar-besaran ternyata respon masyarakat rendah," katanya. Pemerintah sendiri, katanya, tidak menghentikan program briket batubara tersebut namun hanya menahan diri dulu sambil melihat respon masyarakat. "Calon pengusaha tungku memang banyak tetapi kita masih tahan untuk realisasi itu. Jangan sampai kita punya tungku tapi tidak ada briketnya, Kita punya tungku tapi tidak ada yang pakai," katanya. Untuk itu Menteri menghimbau kepada para pengusaha tungku menahan diri dulu dan tidak memproduksi tungku secara besar-besaran sebelum ada respon positif masyarakat. "Kalau respon tinggi maka permintaan tinggi, dan jika tinggi akan kita suplai dan pemerintah akan masuk dan beri penguatan kepada mereka dalam bentuk permodalan karena dalam konsepnya tungkunya kita kasih gratis," katanya. Sementara dengan program pengalihan kompor minyak tanah ke kompor gas, menurut Menteri, pihaknya akan tetap berupaya agar program itu tidak mematikan pengusaha kompor minyak tanah. "Kita akan cari pengusaha kompor gas yang sudah beroperasi dan kemudian dari mereka diharapkan bisa menukarkan teknologinya kepada pengusaha kompor minyak tanah," katanya. Namun sebelumnya, katanya, pihaknya akan membuat standarisasi kualitas, bahan baku dan harganya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006