Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia melemah pada awal perdagangan Selasa, karena prospek bank sentral AS harus tetap pada jalur hawkish membebani sentimen, dengan investor menunggu risalah pertemuan Federal Reserve terbaru untuk petunjuk kebijakan moneter lebih lanjut.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,34 persen menjadi 531,85 poin, melayang di sekitar posisi terendah enam minggu di 529,30 yang disentuh minggu lalu.

Indeks turun hampir 3,0 persen sejauh bulan ini setelah melonjak 8,6 persen pada Januari, karena serangkaian data ekonomi AS yang kuat meningkatkan kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin perlu naik lebih jauh dan bertahan lebih tinggi lebih lama.

Pasar sekarang memperkirakan suku bunga AS mencapai puncaknya di 5,30 persen pada Juli dan tetap di atas 5,0 persen pada akhir tahun, menjauh dari ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih dalam tahun ini.

Indeks Nikkei Jepang dibuka tergelincir 0,01 persen, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,52 persen. Indeks saham unggulan China CSI 300 mengawali perdagangan dengan datar, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka 0,1 persen lebih rendah.

"Latar belakang kekhawatiran inflasi di AS masih menjaga risiko kebijakan moneter lebih ketat dari yang diperkirakan, dan imbal hasil tetap menjadi fokus utama ketika pasar AS kembali hari ini," kata ahli strategi di Saxo Markets, dikutip dari Reuters.

Pasar AS ditutup pada Senin (20/2/2023) karena libur Hari Presiden.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 3,5 basis poin menjadi 3,863 persen, setelah menyentuh level tertinggi tiga bulan di 3,929 persen pada Jumat (17/2/2023).

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 30-tahun naik satu basis poin menjadi 3,899 persen, sedangkan obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 5,4 basis poin menjadi 4,677 persen.

Fokus investor tegas pada rilis risalah pertemuan terbaru Fed pada Rabu (22/2/2023) ketika menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Di pasar mata uang, dolar melayang sedikit dari puncak baru-baru ini karena reli tiga minggu memudar, dengan para pedagang menunggu data manufaktur Eropa dan AS pada Selasa malam dan indeks harga PCE inti Jumat (24/2/2023) untuk membantu memandu langkah mereka selanjutnya.

Ahli strategi mata uang DBS, Philip Wee mengatakan pasar bersiap untuk kejutan lain dalam data PCE setelah data penggajian non-pertanian dan IHK AS yang kuat bulan ini.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival lainnya, terakhir di 104,01, tepat di bawah tertinggi enam minggu di 104,67 yang disentuh pada Jumat (17/2/2023). Euro turun 0,12 persen menjadi 1,0669 dolar, dan bersiap untuk menghentikan kenaikan empat bulan berturut-turut dan mengakhiri Februari dengan lebih rendah.

Yen melemah 0,12 persen menjadi 134,40 per dolar, sementara sterling terakhir di 1,2022 dolar, turun 0,13 persen.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023