Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Moh Adib Khumaidi, SpOT mengatakan kunci penanganan bencana tidak terlepas dari tim respons cepat, baik itu dari sisi medis, penyelamatan (rescue) maupun tim keamanan (security).

Dalam diskusi yang digelar secara daring, Adib mengatakan penanganan bencana gempa di Turki yang sangat terstruktur sehingga menghasilkan respons luar biasa dapat menjadi pembelajaran yang baik bagi Indonesia.

"Dukungan terkait penanganan bencana untuk tim rescue, medical termasuk dari negara tetangga juga luar biasa. Ini menjadi pembelajaran yang baik bagi Indonesia untuk mengedepankan kolaborasi dan koordinasi di dalam penanganan bencana dalam satu sistem," kata Adib.

Indonesia mengirimkan Tim Darurat Medis atau Emergency Medical Team (EMT) dan tim khusus PB IDI wilayah Aceh ke lokasi bencana di Turki. Adib menuturkan tim dari wilayah Aceh diturunkan mengingat peranan Turki kepada masyarakat Aceh pada saat Tsunami tahun 2004.

Baca juga: Menlu: 85 WNI terkena dampak gempa Turki akan kembali ke RI

Dalam kesempatan itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Aceh dr. Safrizal, SpOT yang berada di lokasi pengungsian mandiri Kahramanmaras, Turki sejak 17 Februari mengakui kemampuan Turki dalam mengelola bencana.

"Saya amati di hari ketiga sampai hari kelima, semua pengungsi sudah mendapatkan tempat yang layak. Ada yang dievakuasi keluar dari tempat pengungsian, ada juga yang tinggal di tenda-tenda yang disiapkan dengan cepat dan dengan sangat baik termasuk adanya penghangat karena saat ini musim dingin di Turki," kata Safrizal.

Menurut Safrizal, secara umum pengungsi-pengungsi mandiri yang mengalami patah tulang, cedera berat sudah tertangani dengan baik. Begitu juga dengan mereka yang berada di kamp pengungsian besar di kota Maras, sudah tertangani.

"Ada sekitar 8.000 pengungsi dan ada posko kesehatan yang sangat baik ditangani. Mereka terjadwal dari seluruh provinsi di Turki untuk bergantian menjadi dokter in-charge di tempat pengungsian. Mereka (Turki) sudah berada dalam kondisi sudah menyelesaikan respon awal dari pasien," kata Safrizal.

Baca juga: Gempa susulan di Turki sudah lebih dari 6.000 kali

Dalam kesempatan yang sama, Satuan Tugas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia dr. Dimas Tri Anantyo, SpA di lokasi pengungsian EMT Indonesia, Distrik Hassa, Propinsi Hatay, Turki, yang bertugas sejak 14 Februari, mengatakan operasi darurat sudah tidak lagi diperlukan saat ini. Kalaupun ada pasien dengan indikasi operasi, maka sudah bisa diarahkan ke Rumah Sakit Hassa yang sudah mulai aktif.

"Kami berkonsentrasi ke layanan rawat jalan, psikososial dan perawatan emergency ringan apabila memang bisa kami tangani di lokasi atau rumah sakit EMT level 2 Indonesia," ujar Dimas.

Tenaga medis Indonesia yang tergabung di EMT sejak 15 Februari 2023 membangun rumah sakit lapangan atas izin Pemerintah Turki dengan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan spesialis seperti bedah, ortopedi anak, anestesi, jiwa, penyakit dalam, ginekologi kemudian, perawatan rawat jalan, perawatan rawat inap, kegawatdaruratan medis, serta psikologi.

Baca juga: Gempa bumi kembali guncang Turki dan Suriah

Baca juga: Presiden Jokowi lepas bantuan untuk korban gempa Turki dan Suriah

Baca juga: Turki kini fokus bersihkan puing-puing akibat gempa


 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2023