Sleman (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Kustini Sri Purnomo menyebutkan bahwa di kabupaten itu telah menyiapkan kader peningkatan kesehatan jiwa hingga di tingkat kapanewon (kecamatan).

"Hal ini sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Sleman terhadap peningkatan kesehatan jiwa dan psikis masyarakat," kata Kustini di sela mendampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum di RSJ Grhasia, Sleman, Rabu.

Menurut dia, hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Sleman terus melaksanakan pelatihan mediasi bagi para kader dan jejaring kesehatan jiwa yang ada di daerah setempat.

Baca juga: Program Mata Hati Dinkes Sleman diapresiasi Kemenkes dan UNFPA

"Pelatihan tersebut dimaksudkan agar kader dapat melakukan tindakan mediasi pada kasus yang terjadi sampai di tingkat kapanewon," katanya.

Gedung Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum yang diberi nama Pringgodani itu bertempat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia dan diresmikan Gubernur DIY secara simbolis dengan pemotongan bunga tali.

Bupati Kustini menyampaikan ucapan selamat kepada RSJ Grhasia atas diresmikannya Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum dan berharap fasilitas layanan kesehatan di RSJ Grhasia dapat menambah daya dukung layanan kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Sleman.

"Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum ini diharapkan dapat menjadi unit yang terbaik dan bisa menjadi rujukan kerja sama Pemerintah Kabupaten Sleman. Sehingga, dalam menyelesaikan masalah psikis yang berdampak, khususnya pada kekerasan perempuan dan anak, dapat segera diselesaikan bersama-sama," katanya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X juga memberikan respons positif terhadap peresmian Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum.

Baca juga: Memperjuangkan hak ODGJ dan ODMK dalam sistem hukum

Baca juga: Dinkes DKI: Masalah kesehatan jiwa harus dideteksi sejak dini


Menurut Gubernur, pelayanan trauma healing menjadi sebuah urgensi, seiring dengan terjadinya kecelakaan, bencana alam, kekerasan seks, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Begitu juga dengan layanan Visum Et Repertum yang berperan strategis dalam mendukung implementasi regulasi seperti pemeriksaan kejadian tindak kekerasan.

Gubernur mengimbau agar fasilitas tersebut dapat didukung dengan pelayanan ramah tanpa membedakan status sosial pasien."Harus mengadaptasi sistem manajemen dengan standar pelayanan yang sama bagi setiap pasien di berbagai kelas. Untuk itu layanan baru di Gedung Pringgodani harus dijiwai dengan moto Rumah Sakit Grhasia, yaitu melayani dengan senyum," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023