Tuvalu (ANTARA) - Para pemimpin negara-negara Pasifik tiba di Fiji, Kamis untuk pertemuan dua hari meresmikan kembalinya Kiribati dalam keanggotaan blok dengan anggota 18 negara itu, di tengah ketegangan antara China dan Amerika Serikat yang berebut pengaruh di kawasan strategis tersebut.

Pertemuan tersebut juga akan membahas rencana Jepang untuk membuang air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut, yang membuat khawatir negara-negara di Pasifik karena bisa mengontaminasi ikan.

Tapi Tokyo menegaskan bahwa tindakan itu tidak akan membahayakan lingkungan di sekitar kawasan tersebut.

Kiribati keluar dari Forum Kepulauan Pasifik pada pertemuan terakhir Juli lalu, memicu kekhawatiran bahwa negara atol dengan daerah penangkapan ikan yang luas dan terletak 3.000 km barat daya Hawaii itu, menjadi terisolasi setelah menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing.

"Dengan latar belakang meningkatnya kepentingan geopolitik di kawasan kita, ditambah dengan ancaman nyata yang ditimbulkan oleh perubahan iklim... solidaritas dalam keluarga Pasifik kita sangat penting," kata Perdana Menteri Fiji dan Ketua Forum Sitiveni Rabuka dalam sebuah pernyataan menjelang pertemuan.

Pada Mei lalu, China gagal mengamankan kesepakatan perdagangan dan keamanan dengan 10 negara Kepulauan Pasifik, setelah forum mengatakan bahwa persatuan adalah prioritas di wilayah di mana beberapa negara memiliki hubungan dengan Taiwan, bukan Beijing.

Sementara Australia dan Selandia Baru, yang keduanya juga anggota forum, mengecam tindakan China yang berusaha memperluas pengaruh di kawasan tersebut.

PRIORITAS CHINA

Pada Selasa, China merilis laporan tentang kebijakan Presiden Xi Jinping yang disebut "Inisiatif Keamanan Global", yang mencantumkan negara-negara Kepulauan Pasifik sebagai salah satu prioritas Beijing untuk kerja sama keamanan multilateral.

China akan "memperhatikan" negara-negara Kepulauan Pasifik dan "meningkatkan penyediaan materi, dana, dan sumber daya manusia untuk membantu negara-negara pulau dalam meningkatkan kemampuan mereka menghadapi ancaman keamanan non-tradisional", demikian menurut laporan tersebut.

Ambisi China di Kepulauan Pasifik membuat khawatir Amerika Serikat dan sekutunya, setelah Beijing membuat pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon.

Australia kemudian merespon dengan meningkatkan hubungan militer dengan Fiji, membentuk pakta keamanan dengan Vanuatu, dan berharap untuk menandatangani kesepakatan keamanan dengan Papua Nugini tahun ini.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menandatangani perjanjian kerja sama yang lebih luas di Kiribati pada Selasa.

Presiden Kiribati, Taneti Maamau mengatakan perjanjian itu mencakup kerja sama dan pelatihan polisi, pengawasan maritim, penerbangan, perubahan iklim, kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.

"Terkait dengan keamanan, ini adalah pandangan yang sangat jelas, tidak hanya Australia tetapi para pemimpin Kepulauan Pasifik, bahwa kami percaya keamanan harus diberikan dalam keluarga Pasifik," kata Wong kepada wartawan di Fiji, Kamis, ketika ditanya tentang Kiribati.

Australia, donor bantuan utama untuk kawasan itu, mengumumkan program kesehatan senilai 620 juta dolar Australia untuk pulau-pulau Pasifik pada Kamis.

Meg Keen, Direktur Program Kepulauan Pasifik di Lowy Institute di Sydney, mengatakan bahwa fokus pertemuan itu "benar-benar menunjukkan persatuan" setelah Kiribati setuju untuk bergabung kembali.

Membahas pembuangan air nuklir dari Fukushima juga menjadi prioritas utama mengingat pengalaman wilayah tersebut dengan kontaminasi nuklir setelah digunakan sebagai tempat uji coba bom beberapa dekade sebelumnya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kiribati keluar dari PIF bayangi pertemuan para pemimpin Pasifik
Baca juga: Pemimpin pro-China terpilih sebagai Presiden Kiribati
Baca juga: Kiribati putuskan hubungan dengan Taiwan

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Sri Haryati
COPYRIGHT © ANTARA 2023