Beijing (ANTARA) - Duta Besar China untuk Uni Eropa Fu Cong mengatakan dua pemimpin Uni Eropa kemungkinan mengunjungi China pertengahan 2023, tulis harian China, Global Times.

Dalam wawancara disiarkan Jumat lalu, Fu menyatakan Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel sedang bersiap mengunjungi China.

Para pejabat tinggi Uni Eropa dan China itu disebut Fu acap terjadi.

Uni Eropa dan China memiliki posisi berseberangan menyangkut perang di Ukraina yang telah berlangsung satu tahun.

Uni Eropa mengkritik China karena menolak menyebut konflik di Ukraina sebagai invasi dan tak mau mendesak Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.

Fu mengatakan bahwa kemarahan EU terhadap sikap China atas Ukraina sangat tidak masuk akal. Namun, dia menandaskan China tidak ingin masalah tersebut mempengaruhi hubungan China-Uni Eropa.

Baca juga: Uni Eropa sanksi Grup Wagner karena pelanggaran HAM di Afrika

Kementerian Luar Negeri China pada Jumat merilis sebuah dokumen yang menjelaskan posisi Beijing dalam perang di Ukraina.

Dalam dokumen tersebut, China menyerukan kelanjutan perundingan damai, menghentikan sanksi-sanksi secara sepihak, dan menentang penggunaan senjata nuklir.

Namun diplomat senior Uni Eropa di China Jorge Toledo mengatakan bahwa beberapa bagian dari dokumen tersebut justru memprihatinkan.

"Tidak ada penyebutan agresor di sana, dan itu aneh karena jelas ada agresor dan ada yang diagresi. (Perang) itu ilegal dan tidak beralasan. Jadi dokumen tersebut agak memprihatinkan," kata Toledo.

Fu mengatakan Desember lalu bahwa perang telah menyulitkan posisi China dalam hubungannya dengan Uni Eropa, terutama setelah Presiden Dewan Eropa Charles Michel mendesak Presiden China Xi Jinping agar memakai pengaruh negaranya kepada Rusia, dalam kaitannya dengan perang di Ukraina.

Baca juga: 86 individu jadi sasaran sanksi terbaru Uni Eropa kepada Rusia

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2023