Depok (ANTARA News) - Organisasi kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) menghasilkan kebulatan tekad untuk melakukan konsolidasi internal yang solid guna menghadapi ormas tandingan yang menggunakan nama dan simbol-simbol MKGR yang asli. Hal itu mengemuka dalam acara penutupan Musyawarah Besar (Mubes) keenam MKGR yang berlangsung di Depok, Minggu, yang dihadiri seluruh DPD MKGR yang berjumlah 21 daerah. Komunike organisasi tersebut disampaikan Ketua Umum MKGR Letjen (purn) Soeyono yang terpilih kembali sebagai pimpinan puncak untuk memimpin MKGR untuk masa bhakti 2006-2011. "Seluruh daerah harus menyatukan diri dan memiliki semangat yang sama, sehingga tidak ada yang bisa menggoyang kita dari dalam," ujarnya dihadapan sekitar 360 warga MKGR. Mantan Kasum ABRI itu mengemukakan, kekuatan terbesar dari MKGR adalah Panca Moral dan itu harus sama di setiap daerah, sehingga tujuannya adalah untuk berbakti kepada rakyat bukan untuk diperalat oleh parpol tertentu guna menjadi komoditas politik mereka. "Ke depan masih banyak persoalan bangsa yang dihadapi terlebih di era global sepeerti sekarang. Maka kita perlu berbuat karya yang lebih nyata lagi," ujarnya. Lebih jauh Soeyono juga mengingatkan pihak-pihak yang masih saja "mengutak-atik" MKGR dengan mengkaitkan MKGR dengan Golkar, karena secara prinsip perjuangannya sudah berbeda. "Kita akan menggunakan jalur hukum secara tegas. Nama dan logo MKGR sudah terdaftar di Depdagri dan dipatenkan," kata mantan Sekjen Dephankam itu. Selain itu, berkaitan dengan adanya pemekaran sejumlah wilayah di tanah air yang menjadi propinsi baru, ormas yang dilahirkan RH Sugandhi dan kemudian diteruskan oleh Mien Sugandhi itu juga akan segera meresmikan pembentukan kader-kadernya di propinsi baru tersebut. Pada awal kelahirannya, MKGR bersama-sama dengan Soksi dan Kosgoro melahirkan Golkar yang kini menjadi parpol. Namun pada awal era reformasi, MKGR memisahkan diri dari Golkar karena tidak sejalan lagi pandangan politiknya. Tidak lama setelah itu, Kosgoro juga memisahkan diri. Tetapi Golkar yang merasa kedua ormas itu adalah underbownya", maka parpol tersebut membentuk ormas-ormas tandingan yang tetap menggunakan kedua nama ormas itu.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006