- Penanganan Keparahan Penyakit 'Penting' untuk Mengurangi Kematian akibat COPD - Hanya Untuk Para Wartawan bidang Kesehatan yang Terakreditasi San Diego, 21 Mei (ANTARA/PRNewswire/AsiaNet) -- Hasil survei dari laporan 'Time to Live', dipaparkan hari ini pada Kongres International Masyarakat Tenggorokan Amerika, menunjukkan lebih dari dua pertiga dokter pemberi perawatan utama (66 persen) khawatir COPD akan menjadi penyebab utama kematian pada tahun 2020 meskipun hampir semuanya (98 persen) percaya bahwa terdapat perawatan yang efektif untuk kondisi ini(1). COPD adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, dan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini merupakan penyebab kematian tersering keempat setelah kanker, penyakit jantung iskemik dan penyakit otak(2). Dari semua penyakit ini, hanya COPD yang menunjukkan tingkat kematian tinggi -- WHO memperkirakan COPD akan menjadi penyebab kematian tersering ketiga pada tahun 2020. Tetapi, hasil terkini mengesankan WHO boleh jadi meremehkan sifat kelaziman COPD akan meningkat, menurut para dokter Eropa pada tahap awal penanganan COPD. Unsur survei laporan 'Time to Live', terdiri atas wawancara telepon terstruktur dari para dokter pemberi perawatan utama (primer) di lima negara Eropa (Jerman Perancis, Inggris, Italia dan Spanyol), menunjukkan 73 persen menganggap pengurangan rawat-inap penting untuk kesejahteraan para pasien COPD -- statistik yang diperkuat oleh penelitian sebelumnya menunjukkan antara 22 persen sampai 43 persen pasien COPD yang dirawat inap akibat penyakitnya memburuk akan meninggal dalam waktu setahun (3,4,5,6). Sekitar 90 persen dokter umum yang ditanyai percaya pencegahan keparahan seyogyanya menjadi pertimbangan utama dalam memilih terapi pasien COPD, dengan angka serupa yang meyakini pengurangan keparahan penting untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien sehubungan dengan kesehatan -- yang pada akhirnya mengurangi resiko tingkat meratanya COPD yang melampaui perkiraan WHO dalam 14 tahun mendatang. Sebanyak 68 persen percaya bahwa obat kortikosteroid hirup (ICS) seyogyanya dipertimbangkan pada tahap awal terapi. Setengah dari dokter yang ditanyai menyarankan agar pasien diberi resep baik itu ICS atau terapi kombinasi seperti ICS dan beta 2 agonist berdaya kerja lama (LABA) untuk memperkecil kemungkinan dan dampak keparahan. Hasil ini memberi bukti lebih lanjut dampak penting pencegahan dan penanganan keparahan COPD dan dampak berikutnya atas mutu kehidupan pasien sehubungan dengan kesehatan, jelas penulis 'Time to Live', Dr John Haughney, Dokter Umum di Skotlandia sekaligus Ketua Kelompok Praktek Umum Saluran Pernafasan Inggris. "Survey ini juga memperjelas kebutuhan akan pengobatan yang efektif seperti kombinasi ICS/LABA, yang telah terbukti mengurangi keparahan pada pasien, faktor penting dalam mengurangi resiko rawat inap dan kematian sehubungan dengan COPD," lanjutnya. Untuk informasi lebih lanjut tentang laporan 'Time to Live' atau untuk meminta wawancara dengan anggota tim studi 'Time to Live' jangan sungkan menghubungi: Survei Time to Live didukung oleh hibah pendidikan tak terbatas dari AstraZeneca. AstraZeneca adalah produsen Symbicort (R) kombinasi budesonide kortikosteroid hirup serta formoterol beta-agonist berdaya kerja cepat dan lama, yang diindikasikan untuk perawatan COPD dan asma. Rujukan: 1. Persepsi dan Praktek Dokter Pemberi Perawatan Primer dalam Penanganan Pasien COPD (hasil dari laporan 'Time to Live'), yang akan dipaparkan presentasi pada ATS 21 Mei 2006. 2. http:/ /www.who.int/respiratory/copd/en 3. Eriksen N, et al. Ugeskr Laeger 2003;165:3499-3502 4. Groenewegen KH, et al. Chest 2002; 124;459-467 5. Almagro P, et al. Chest 2002;121:1441-1448 6. Connors AF, et al.Am J Respir Crit Care Med 1996; 154;959-967 Sumber: AstraZeneca Kontak: Anette Orheim, Astrazaneca, +46-46-33-80-87, atau HP: +46-709-13-19-52, atau Jim Baxter, Cohn dan Wolfe, +44-207-331-5371, atau HP: +44-790-060-5652. (T.AD001/B/W001/W001) 22-05-2006 13:02:56

COPYRIGHT © ANTARA 2006