Jakarta (ANTARA) -- Keamanan siber atau cyber security terus berkembang dan semakin lebih canggih. Seiring dengan perkembangan teknologi baru dan masifnya eksploitasi celah keamanan, perusahaan mulai mempertimbangkan menggunakan banyak solusi dalam rangka memperkuat sistem. Survei yang dilakukan oleh Enterprise Strategy Group (ESG) di tahun 2021 menemukan rata-rata perusahaan mengimplementasi setidaknya 11 solusi keamanan untuk meningkatkan perlindungan sistem.

Direktur perusahaan IT security, Aplikas Servis Pesona, Nur Ria Wigati menjelaskan bahwa Keamanan siber merupakan prioritas perusahaan saat ini.
“Kewaspadaan konstan diperlukan karena dampak yang ditimbulkan dari penyerang begitu berhasil mendapatkan akses ke sistem perusahaan sangatlah serius” ujar Nur Ria Wigati.

Akan tetapi, Nur Ria Wigati menambahkan, besarnya data telemetri yang harus dipantau di jaringan lokal, cloud, dan endpoint menjadi permasalahan kompleks tersendiri. Pasalnya, tim keamanan IT sulit mendapatkan gambaran jelas terhadap data yang dihasilkan dari solusi keamanan dengan penilaian dan standar yang berbeda satu sama lain. Buruknya visibilitas tersebut mempersulit perusahaan menemukan korelasi data di berbagai solusi yang digunakan.

Meskipun cenderung tidak efisien, perusahaan tetap menggunakan pendekatan ini karena menganggap solusi keamanan akan bekerja dengan optimal. Sayangnya, berdasarkan survei ESG, perusahaan mendapatkan sekurangnya 53 peringatan kerentanan setiap hari dari solusi keamanan dan 45% diantaranya merupakan peringatan palsu atau false positive. Artinya, sebagian besar perusahaan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk menangani false positive ketimbang serangan sebenarnya.

“Temuan ini cukup memprihatinkan, mengingat setiap menit dihabiskan sangat berarti untuk strategi sistem keamanan yang komprehensif” tutur Nur Ria Wigati.
False positive adalah permasalahan yang Aplikas Servis Pesona coba selesaikan melalui VOAR (Vulnerability Orchestration Automation and Response). Bekerja bersama Hackuity, solusi VOAR mengintegrasikan seluruh solusi keamanan yang digunakan perusahaan ke dalam satu ekosistem. Ekosistem yang ada memungkinkan perusahaan “mengorkestrasi” prioritas keseluruhan atas kerentanan sistem.

“Algoritma yang kami gunakan secara signifikan mengurangi jumlah kerentanan yang perlu segera ditangani perusahaan anda” jelas Natasshia Nicole Lau selaku Regional VP APJC.

Hackuity memiliki terobosan teknologi keamanan siber terbaru untuk mengelola kerentanan dan cara pandang management IT melihat kerentanan.
Solusi VOAR dari Hackuity menggunakan algoritma True Risk Score (TRS) yang menghitung skor kerentanan konvensional, tingkat risiko kerentanan sebenarnya, dan dampaknya pada aset bisnis perusahaan.

“Dengan mempertimbangkan konteks bisnis, perusahaan dapat menerapkan model manajemen risiko yang sesuai dan memfokuskan upaya perbaikan pada kerentanan sebenarnya” ujar Nur Ria Wigati.

Pahami penangan false positive dalam cyber security lebih dalam di event yang bertajuk “Reduce Chaos and Bring Clarity to Your Cybersecurity Landscape” pada tanggal 16 Maret 2023. Event ini mengeksplorasi bagaimana Hackuity menciptakan cara baru dalam vulnerability management bersama pakar keamanan Aplikas dan Hackuity.

Kunjungi halaman aplikas.com untuk informasi lebih lanjut mengenai VOAR.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2023