Sydney (ANTARA News) - Australia dan Selandia Baru, Selasa, menyatakan kedua negara itu siap mengirim tentara ke Timor Leste seandainya mereka diperlukan guna membantu memadamkan kerusuhan. Kedua negara tersebut menyatakan mereka memiliki tentara yang siap menanggapi setiap permintaan bantuan setelah baku-tembak, Selasa, antara tentara pemerintah dan pemberontak dalam kerusuhan paling akhir di negara pulau kecil itu. "Kami telah menyiapkan sebagian aset militer di Australia utara termasuk kapal Angkatan Laut, pesawat dan bahkan sejumlah prajurit guna memungkinkan reaksi cepat dan membantu pengungsian atau bentuk bantuan lain jika diperlukan," kata Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer kepada parlemen. Di Selandia Baru, jurubicara pertahanan Mike Shatford mengatakan satu pleton yang terdiri atas 30 prajurit siap digelar di negara pulau bermasalah tersebut. Downer mengatakan kepada parlemen pemerintah telah menerima laporan selama dua hari terakhir bahwa "beberapa bagian Dili dan bagian lain negeri tersebut dilanda kerusuhan". "Kami telah menjelaskan bahwa kami siap menawarkan bantuan bagi Timor Leste jika diperlukan, dan jika diminta oleh pemerintah negeri tersebut baik langsung maupun tidak langsung melalui PBB," katanya. Seorang perwira di Timor Leste mengatakan dua prajurit cedera dalam baku-tembak Selasa dan sebanyak 100 prajurit digelar guna memadamkan kerusuhan di Becora, bagian timur ibukota negeri itu, Dili. Kerusuhan meletus bulan lalu, ketika pawai umum mendukung 600 mantan tentara yang dipecat ketika mereka meninggalkan barak mereka berubah jadi kerusuhan setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang yang berunjuk rasa. Bentrokan tersebut menewaskan lima orang dan membuat sedikitnya 21.000 orang meninggalkan ibukota negeri itu akibat kerusuhan. Selama satu pekan terakhir, beberapa ribu warga telah kembali ke Dili tapi ratusan orang lagi belum kembali, kata kelompok gereja. Kerusuhan 28 April merupakan kerusuhan terburuk yang terjadi di negara miskin di Asia tersebut sejak wilayah itu memisahkan diri dari Indonesia 1999. Australia memimpin pasukan pemelihara perdamaian guna meredam kerusuhan pada 1999. Downer mengatakan, terdapat laporan bahwa seorang wartawan Australia yang bekerja untuk media pemerintah Special Broadcasting Service telah terperangkap kerusuhan tersebut. "Duta besar kami dan kedutaan besar kami sedang melakukan apa yang dapat mereka kerjakan untuk mengungsikan dia dari daerah bermasalah," katanya seperti dikutip AFP.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006