Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Taufiq Abdullah mengatakan pengusaha lokal harus pintar menangkap peluang di era digital.

Pasalnya penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 276 juta jiwa, yang mencerminkan terdapat pasar yang cukup potensial bagi pelaku usaha di Tanah Air untuk memasarkan produk-produknya.

"Intinya di era digital ini, kita tidak boleh jadi penonton. Kita harus menjadi bagian di dalamnya," kata Taufiq dalam webinar bertajuk "Media Digital: Peluang Baru Menjadi Entrepreneur", seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Maka dari itu, ia menilai pengusaha harus mampu beradaptasi dengan perkembangan yang dihadapi, sekaligus mampu berinovasi terhadap apa yang dilakukan. Era digital saat ini mampu mengubah banyak perilaku kehidupan, struktur kerja, dan berbagai hal, termasuk jenis-jenis usaha.

Menurutnya, potensi besar Indonesia sebagai pasar digital paling besar di Asia Tenggara harus dimanfaatkan oleh pelaku usaha lokal, dimana ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh 20 persen dari tahun 2021 menjadi 146 miliar dolar AS pada tahun 2025.

Secara global, Indonesia masuk sebagai tujuh negara dengan startup atau perusahaan rintisan terbanyak di dunia.

Taufiq menyebutkan paling tidak terdapat enam softskill yang harus dimiliki oleh pengusaha di era digital saat ini. Pertama, kreativitas atau berpikir out of the box serta kaya akan ide dan gagasan, sehingga mampu melihat peluang yang tersembunyi.

Kedua, yaitu fleksibilitas atau mampu bergerak cepat dalam merespons perubahan dan kebutuhan pasar, softskill ketiga, yakni rasa percaya diri, berani mengekspresikan ide, dan siap dengan risiko, serta softskill keempat, yaitu kolaboratif atau mampu bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan usahanya,

Kemudian softskill kelima, yakni kompetitif atau berusaha untuk terus selangkah lebih maju dari apa yang ditawarkan oleh pihak lain. Keenam, adaptif atau lincah menyesuaikan aksi serta merespons dengan luwes terhadap kondisi dan perubahan yang begitu cepat.

Menurut dia, era digital bisa dimanfaatkan untuk pendapatan ataupun meningkatkan kualitas ekonomi. Dengan demikian, pengusaha harus menjadi pribadi yang bisa memanfaatkan ruang digital untuk berbagai kepentingan yang lebih baik.

Praktisi Digital Zata Ligouw menuturkan pengusaha saat ini mau tidak mau harus melek digital, minimal tanggap digital sesuai dengan kapasitas pelaku usaha. Sebab, bisnis atau produk apa pun bisa dipasarkan secara digital lantaran sekitar bisa 70-80 persen konsumen ada di dunia digital.

Dia menyampaikan terdapat 10 ide usaha digital yang bisa dilakukan tanpa modal, mulai dari jual produk sendiri, dropshipper dan afiliasi, reseller, kreator konten, membuat akun spesialis di media sosial, ternak akun, menjadi pengajar online, menjadi pengelola media sosial, menjadi konsultan, dan penulis e-Book.

Kendati demikian, katanya pula, tak cukup hanya bermodalkan ide usaha di bidang digital dan keahlian, ada hal lain yang turut serta diperhatikan yaitu mulai dari menggali hasrat, mematangkan konsep, menguasai platform, membuat konten, dan melakukan branding.

Salah satu cara membangun branding, yaitu dengan sering membagikan tips dan memperlihatkan wajah atau persona. Dengan begitu, orang bisa kenal dan percaya dan pada akhirnya terbangun kredibilitas.

"Kalau orang sudah percaya, otomatis apa pun bisnis atau usaha kita, kemungkinan besar mereka akan beli," ujar Zata.
Baca juga: Indonesia perkuat kerja sama ekonomi digital dengan Singapura
Baca juga: Kendaraan listrik dan ekonomi digital jadi pendorong kinerja 2023

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2023