Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun untuk sesi kedua berturut-turut di perdagangan Asia pada Rabu sore, didorong oleh kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif akan menekan permintaan, sementara pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang persediaan.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 22 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 83,07 dolar AS per barel pada pukul 07.30 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 34 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 77,24 dolar AS per barel.

Baik Brent maupun WTI jatuh lebih dari 3,0 persen pada Selasa (7/3/2023) setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan sebagai tanggapan atas data kuat baru-baru ini.

"Komentar Ketua Fed Powell tentang suku bunga 'lebih tinggi untuk lebih lama' membuat pasar ketakutan dan mengirim aset-aset berisiko, termasuk komoditas, turun tajam semalam," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Rebound singkat minyak pada Rabu pagi, sebelum pembalikan, mungkin karena short-seller mengambil keuntungan "karena tidak ada yang berubah secara fundamental," kata Teng.

Para pedagang juga menunggu data persediaan minyak mentah dari Badan Informasi Energi AS pada Rabu, setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah untuk pertama kalinya setelah kenaikan 10 minggu beruntun, katanya.

Data dari API menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun sekitar 3,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Maret, menurut sumber pasar.

Penurunan menentang perkiraan kenaikan 400.000 barel stok minyak mentah AS dari sembilan analis yang disurvei oleh Reuters.

Sementara itu, persediaan bensin naik sekitar 1,8 juta barel, sedangkan stok sulingan naik sekitar 1,9 juta barel, menurut sumber tersebut.

Dolar yang lebih kuat juga membatasi harga minyak. Komentar Powell telah mendorong dolar AS, yang biasanya diperdagangkan terbalik dengan minyak, mencapai level tertinggi tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik setinggi 105,65, setelah melonjak 1,3 persen pada Selasa (7/3/2023) dan tertinggi sejak 6 Desember.

Baca juga: Wall St anjlok imbas Powell isyaratkan kenaikan suku bunga lebih tajam
Baca juga: Rupiah tergelincir di tengah pasar khawatir kenaikan suku bunga AS
Baca juga: Emas anjlok tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed yang agresif

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023