Tanjungpinang (ANTARA) - Syamsudin masih mengingat detail ketika tebing bukit bergerak, lalu dalam hitungan detik menyapu perkampungan di dua desa di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Longsor yang menimbulkan suara gemuruh itu dalam sesaat menimbun rumah, teman dan sejumlah keluarganya.

Cuaca di Kecamatan Serasan, Senin (6/3) pagi, berangsur normal. Langit terlihat sedikit cerah setelah empat hari pulau berjarak tempuh 8 jam perjalanan laut dari Ranai, Ibu Kota Natuna, ini diguyur hujan.

Hujan lebat dan nyaris tiada henti dalam empat hari itu seakan membuat perkampungan di Kecamatan Serasan tertidur.

Sebagian besar warga lebih memilih bersantai di rumah, menghangatkan tubuh dari udara luar yang semakin lembab. Hujan selama empat hari itu juga menimbulkan genangan dan sampah berserak.

Senin pagi itu, sejumlah warga terlibat rundingan kecil untuk melaksanakan bersih-bersih. Rundingan itu mengundang puluhan warga datang. Jadilah gotong royong pagi itu digelar.

Warga di dua desa, Genting dan Pangkalan, yang berdekatan, disibukkan memperlancar arus parit. Juga menyapu jalan perkampungan dari sampah yang terbawa air hujan. Suasana gotong royong itu terasa hangat oleh keakraban dan canda tawa penduduk desa.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Jalan dan parit desa sudah terlihat bersih dibandingkan sebelumnya. Beberapa warga di Desa Genting memilih pulang. Gotong royong dapat dikatakan sudah selesai.

Tapi sebagian besar warga yang terlibat dalam aksi bersih-bersih kampung memilih tetap di tempat. Memilih beristirahat sebelum pulang, bercengkerama sembari memakan roti dan menyeruput kopi.

Rombongan warga yang beristirahat itu jumlahnya puluhan, termasuk Syamsudin dan Wawan Setiawan, (Kepala Desa Pangkalan yang baru dilantik Januari 2023).

Sebenarnya Syamsudin bukan warga asli Desa Genting. Ia memperistri gadis desa itu. Di sini sebagian besar adalah keluarga istrinya, tapi setelah menikah, Syamsudin memboyong istrinya ke rumah mereka di Serasan Timur.

Ketika asyik berbual sembari beristirahat, seorang pria warga desa menghampiri mereka. Pria itu mengajak mendatangi rumah Pak Nurdin, warga yang tinggal sekitar ratusan meter dari situ.

"Rumah Pak Nurdin runtuh," kata lelaki itu memberi kabar, sebagaimana ditirukan Syamsudin.

Syamsudin memutuskan ikut. Ia dan tiga warga lain segera menyusul lelaki pemberi kabar yang memilih berjalan duluan, sedangkan Wawan Setiawan dan warga lainnya memilih tetap tinggal di lokasi istirahat. Belum lama berjalan, Syamsudin mendengar suara bergemuruh dari arah bukit.

"Suaranya sangat kuat. Saya kira suara pesawat jatuh," kata Syamsudin saat dihubungi ANTARA dari Tanjungpinang, Selasa (7/3).

Dialihkan pandangan ke belakang, mata Syamsudin seketika terbelalak. Tanah tebing bukit nampak bergerak, lalu dengan cepat bergulung turun. Ia sempat melihat material tanah longsor menyapu pohon dan rumah-rumah warga.

Lekas saja Syamsudin bersama empat temannya berlari kencang, sekencang-kencangnya. Ia menyadari material tanah longsor deras menuju ke arah mereka.

Pada akhirnya ia dan empat temannya berhasil menghindar dari terjangan tanah longsor itu. Mereka selamat.

Dalam kondisi napas terengah, Syamsudin menyaksikan pemandangan mengerikan. Puluhan rumah warga yang tadinya tegak berdiri kini rata dengan tanah. Demikian pula badan jalan yang sedari pagi dibersihkan sudah tak lagi bisa dibedakan. Suasana sesaat hening, namun kemudian terdengar suara pilu oleh tangis dan teriakan histeris.

Terbayang oleh Syamsudin bagaimana rekan-rekan yang tadi ia tinggalkan. Teringat pula wajah keluarga yang bermukim di perkampungan itu.

"Tidak lama. Hanya dalam hitungan detik," ujar Syamsudin.

Bencana yang terjadi dalam waktu sesingkat itu dia sebut telah menimbun sedikitnya 30-an lebih warga Desa Genting. Bahkan adik perempuannya sampai sekarang belum ditemukan.

"Adik kami yang perempuan, juga sepupu. Ada juga keluarga istri kami yang lainnya," ucap Syamsudin.

Ia menghitung sedikitnya ada 30-an orang di Desa Genting yang diingatnya tertimbun material akibat longsor.


Perhatian pusat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepri merilis hingga Rabu (8/3), bencana longsor yang menimbun 27 rumah di Kecamatan Serasan telah memakan 12 korban jiwa.

Jumlah korban meninggal dimungkinkan bertambah mengingat masih ada 43 warga dinyatakan hilang dan diduga tertimbun material. Sebanyak 1.216 warga terdampak diungsikan dalam bencana itu.

Kejadian longsor di Natuna mendapat perhatian besar dari pemerintah pusat yang ditandai dengan hadirnya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Letjen TNI Suharyanto di pulau ujung utara Indonesia itu.

Suharyanto dan jajaran terbang menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta dan tiba di Bandara Raden Sadjat, Ranai, Natuna, Selasa (7/3).

Sesampainya di lokasi, Suharyanto langsung menggelar rapat sekaligus memberikan arahan kepada gubernur, komandan korem, kapolda serta seluruh forkopimda atau perangkat daerah lainnya yang terlibat langsung dalam proses evakuasi para korban tanah longsor di Pulau Serasan. Ia ingin memastikan penanganan bencana tanah longsor dilakukan secara maksimal.

Dalam arahannya, Suharyanto mengingatkan semua pihak bahwa lokasi kejadian yang terpencil dan kondisi cuaca yang tidak stabil mempengaruhi proses pencarian. Evakuasi harus dilakukan dan tim evakuasi harus maksimal dalam mencari korban yang untuk sementara masih dinyatakan hilang.

Setelah ditetapkan sebagai darurat bencana, semua pihak terkait diminta bahu-membahu secara maksimal dan melakukan pertolongan kepada para korban. Adanya 43 orang yang dinyatakan hilang, harus cari dengan maksimal, sampai betul-betul tidak mungkin ditemukan lagi.

Suharyanto pun meminta kepada tim di lapangan agar masyarakat yang saat ini berada di pengungsian kebutuhan sehari-harinya terjamin, baik berupa sandang, papan dan pangan. Jangan sampai masyarakat yang sudah kena musibah itu dibebani lagi dengan keadaan susah mendapat bantuan makanan, pakaian, dan sebagainya.

Selain itu, meskipun lokasi kejadian cenderung sulit diakses karena jauh dan harus berhadapan dengan cuaca yang tidak menentu di Laut Natuna, namun standar perlakuan penanganan bencana dilakukan secara seksama.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan Kepala BNPB RI Letjen TNI Suharyanto meninjau longsor di Kabupaten Natuna, Selasa (7/3/2023). (ANTARA/HO-Humas Pemprov Kepri)


Bantuan bencana

Gubernur Kepri Ansar Ahmad telah menyalurkan bantuan dana hibah senilai Rp1 miliar kepada Pemerintah Kabupaten Natuna untuk penanganan bencana tanah longsor di Pulau Serasan.

Bantuan dalam bentuk uang itu bisa digunakan, misalnya untuk memperbaiki rumah warga tertimbun longsor, atau pemenuhan kebutuhan harian yang mendesak bagi ribuan korban di tempat pengungsian.

Selain itu, Pemprov Kepri, melalui BPBD, juga telah mengirimkan 8 ton bantuan logistik makanan, pakaian, hingga tempat tidur untuk korban longsor di Serasan. Bantuan dikirim menggunakan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Bahtera Nusantara 01 dari Pelabuhan ASDP Roro di Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, Selasa (7/3).

Kapal yang juga mengangkut personel gabungan penyelamatan dan pertolongan korban longsor itu diperkirakan tiba di Serasan pada Kamis (9/3) sore.

Informasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemprov Kepri, saat ini Gubernur Ansar Ahmad bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB RI Mayjen TNI Fajar Setyawan, Danrem 033 Wira Pratama Brigjen TNI Yudi Yulistyanto dan Kapolda Kepri Irjen Pol Tabana Bangun, sudah berada di Serasan.

Rombongan tiba di lokasi pada Rabu sekitar pukul 12.00 WIB, setelah terbang lebih kurang 45 menit menggunakan helikopter BNPB dari pusat ibu kota, Ranai.

Setelah mendarat, rombongan langsung menggelar rapat singkat di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Serasan yang juga merupakan salah satu posko tanggap darurat bencana. Dilanjutkan meninjau lokasi longsor dan sejumlah pengungsian warga lainnya di masjid sampai sekolahan. kehadiran mereka diharapkan bisa menyuntik semangat korban longsor di tempat pengungsian.

Dalam kesempatan ini, BNPB turut menyerahkan bantuan berupa lima unit motor dan satu unit mobil dapur untuk membantu korban longsor.

Kepala BNPB mengarahkan semua bantuan yang masuk, baik berupa barang dan uang agar cepat didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di tempat pengungsian dan jangan ditumpuk.
 
Pemandangan longsor di Serasan, Kabupaten Natuna, Kepri, Senin (6/3/2023). (ANTARA/HO-Humas Pemprov Kepri)

Sementara itu, menurut laporan Diskominfo Kepri, kondisi cuaca di Serasan kini masih dalam keadaan hujan. Akses listrik dan telekomunikasi juga belum kembali normal.

Namun demikian, pencarian puluhan korban hilang dan evakuasi rumah warga terdampak longsor terus dilakukan oleh tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, PMI hingga Relawan Tanggap Bencana.

 

Pewarta: Ogen
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2023