Dili (ANTARA News) - Sebanyak dua orang, termasuk seorang prajurit, tewas dan lima lain cedera dalam dua kerusuhan disertai tembak-menembak di Timor Timur (Timtim), sehingga Selandia Baru menawarkan pengiriman pasukan militer untuk membantu menumpas kekerasan di negeri tersebut. Bentrokan terakhir itu, yang menewaskan seorang letnan dari kelompok polisi pemberontak, terjadi di distrik Baucau di wilayah timur setelah tembak-menembak serupa di antara pemberontak dan prajurit yang sempat terjadi di Dili, kata seorang wartawan yang bermarkas di Dili kepada Kantor Berita Prancis (AFP), mengutip laporan rumah sakit di Baucau. Ia tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut mengenai hal itu. Pemerintah Timtim sebelumnya mengatakan, prajurit itu tewas setelah dua kelompok prajurit diserang oleh polisi pemberontak yang meninggalkan Dili setelah kerusuhan pada 28 April 2006. Satu kelompok prajurit tidak bersenjata "pergi ke bank untuk mengambil gaji mereka. Mereka diserang oleh anggota-anggota pasukan pemberontak," demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri (PM) Timtim, Mari Alkatiri. Kelompok lain membangun sebuah pos pengamatan untuk mengawasi kembalinya polisi pemberontak ketika mereka diserang, katanya. Prajurit-prajurit yang cedera dalam bentrokan itu dibawa ke rumah sakit utama di Dili, kata direktur rumah sakit tersebut. "Dari enam orang yang masuk ke ruang gawat darurat, seorang tewas," kata Antonio Caleres, direktur Rumah Sakit Vido. Dua prajurit mengalami luka-luka ringan di dada karena terkena lemparan batu, katanya. Sementara itu, Australia dan Selandia Baru menyatakan, mereka telah siap mengirim pasukan jika dibutuhkan untuk mengatasi kerusuhan yang meningkat. "Kami telah menempatkan sejumlah aset militer di Australia utara, termasuk kapal-kapal angkatan laut, pesawat dan bahkan pasukan yang bisa melakukan tanggapan cepat dan membantu pengungsian atau semacam pelayanan jika diperlukan," kata Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer kepada parlemen. Selandia Baru menyatakan, 30 prajuritnya sudah bersiaga untuk dikerahkan setelah kerusuhan terakhir di Timtim itu. Timtim adalah bekas wilayah jajahan Portugis selama lebih dari 500 tahun dan ditinggalkan begitu saja pada 1975. Pada 1976, rakyat Timtim berintegrasi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun mayoritas mereka memilih merdeka berdasarkan hasil dalam jajak pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 1999. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006