Jakarta (ANTARA News) - Kalangan dunia usaha menuntut PLN memberi kompensasi akibat pemadaman listrik pada Selasa (23/5) karena menambah biaya produksi mereka dan mendesak segera dihapuskan tarif dayamax yang menambah beban dunia usaha. Hal itu dikemukan Asosiasi Pabrik Billet, Besi Beton, Batang Kawat, dan Profile Baja Seluruh Indonesia (APBESSI) Ismail Mandri, dan Sekjen Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Sutoto Soerjadi, di Jakarta, Rabu. "Kalau ini berlangsung terus, kami harus mulai menghitung kerugian akibat pemadaman listrik, karena pabrik sebenarnya harus beroperasi 24 jam," kata Ismail Mandri. Ia menilai pemadaman listrik sepihak yang terjadi kemarin tidak adil, karena pengusaha harus menanggung kerugian akibat manajemen pasokan listrik PLN yang tidak baik. "Kalau PLN susah kita dikabarkan listrik akan padam, tanpa kompensasi. Tapi pada saat beban puncak, kita kena dayamax (tarif listrik yang lebih tinggi). Ini perlakuan sepihak yang tidak adil," ujarnya. Oleh karena itu, ia mengatakan, dayamax harus dihapuskan segera dan PLN memberi kompensasi atas pemadaman listrik yang terjadi, sehingga lebih adil. Akibat pemadaman listrik kemarin, Ismail mengaku belum menghitung kerugian akibat produksi yang terhenti. Ia mengatakan para produsen baja memiliki tingkat kerugian yang berbeda, tergantung kapasitas mereka. Namun, ia memperkirakan kerugiannya akan cukup besar, karena produsen baja tidak hanya mengalami kerugian akibat listrik padam, tapi juga terhentinya pasokan gas akibat kerusakan pipa di Jakarta. "Kami mengharapkan pemerintah bisa menekan krisis energi ini agar tidak ada gangguan produksi lagi," ujarnya. Senada dengan Ismail, Sekjen APPBI Sutoto Surjadi menilai dengan pemadaman listrik kemarin berarti PLN tidak memiliki contingency plan (rencana darurat) untuk mengatasi kerusakan yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan daya pasok listrik. "PLN transparan saja. Ia harus bertanggung jawab atas pemadaman listrik kemarin, sebagai kompensasi sistem insentif dan disinsentif dalam penerapan dayamax," katanya. Akibat pemadaman listrik kemarin, lanjut Sutoto, para pengelola pusat perbelanjaan banyak yang menggunakan genset yang berarti menambah biaya operasi yang tidak sedikit. Menurut Pengelola Mall Cinere, Lanny Darmawan, kenaikan biaya operasional mall akibat pemadaman listrik cukup besar, karena dengan menggunakan genset, biaya listrik naik menjadi sekitar Rp1.087 per kwh dari biasanya dengan PLN sebesar Rp600-an per kwh. "Kami tidak mungkin mengurangi pemakaian listrik, karena akan mengurangi kenyamanan para pengunjung yang sangat berarti bagi para penyewa," ujarnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006