Tokyo (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla mengundang para pengusaha Jepang untuk membangun industri gas alam cair (LNG) di Indonesia. Wapres menyampaikan hal itu saat menerima pemimpin perusahaan Toru Oil Japan, di Tokyo, Jepang, Kamis. "Indonesia dan Jepang merupakan partner yang baik untuk usaha apalagi untuk kepentingan bersama, termasuk untuk minyak dan gas. Ini sangat penting," kata Kalla. Dalam pertemuan tersebut, Wapres antara lain didampingi oleh Menneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, mantan Menkeu yang merupakan calon Dubes RI di Jepang Jusuf Anwar, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Iin Arifin Tahyan, dan pengusaha Sofyan Wanandi, termasuk anggota rombongan resmi lainnya yang mengikuti kunjungan kerja Kalla. Sebelum pertemuan, Kalla tampak berbicara serius dengan Iin dan Paskah dengan memberikan arahan agar mempersiapkan informasi bagi kesiapan pelaksanaan rencana pembangunan industri LNG Jepang di Indonesia. Mengenai undangan Wapres kepada pengusaha Jepang untuk membangun industri LNG di Indonesia itu, menurut Sofyan, merupakan perkembangan yang sangat menarik untuk mengatasi masalah ekspor LNG Indonesia ke Jepang. "Mendatang, kita akan mengutamakan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, bila ada kelebihan baru diekspor, di sisi lain Jepang sangat membutuhkan pasokan LNG dari Indonesia, karena hingga 50 persen industri Jepang berasal dari Indonesia," katanya. Sofyan bahkan mengatakan bahwa Wapres telah memerintahkan Iin Tahyan untuk mencari lokasi bagi pembangunan industri LNG tersebut di daerah-daerah yang memiliki kandungan LNG, antara lain seperti di Sulteng. "Jepang sangat berminat untuk membangun industri LNG itu di Indonesia. Mereka akan segera datang ke Indonesia untuk membicarakan lebih lanjut mengenai hal itu," katanya. Ingin kepastian Sebelumnya, Wapres juga telah menyatakan bahwa Jepang memahami posisi Indonesia soal kebijakan LNG ke Negeri Matahari Terbit itu, pada masa mendatang hanya dapat dilakukan bila produksinya berlebih, kata Wapres RI Jusuf Kalla. "Mereka selalu ingin kita memberikan kepastian, apakah kita tetap mengekspor LNG atau tidak," kata Wapres. Atas pertanyaan kalangan pengusaha dan pemerintahan Jepang tersebut, Wapres selalu menjawab bahwa semua komitmen kontrak yang sudah berjalan tetap dijalankan, tetapi perpanjangannya, apabila sudah jatuh tempo, tidak semudah itu lagi. "Karena kita juga membutuhkan gas yang luar biasa," katanya. Buktinya, tambah Wapres, lantaran Indonesia sangat konsisten untuk memenuhi kontrak dengan Jepang, tiga pabrik pupuk Indonesia tutup, yakni ASEAN Fertilizer, Pupuk Iskandar Muda (PIM) I, dan PIM II. "(Pabrik pupuk) Kujang megap-megap, listrik kita di Jakarta megap-megap karena (kebutuhan) gasnya yang terlalu, karena itu kita minta maaf, lho gas itu milik Indonesia, jadi kalau memang ada kelebihan baru kita ekspor, yang pokok adalah untuk kepentingan bangsa, jangan ada yang maksa kita untuk melobi kepentingan suatu negara, maka kita menghentikan, kelebihannya ya (baru diekspor)," kata Wapres. Wapres menegaskan, bila kontrak kerjanya sudah ada yang jatuh tempo maka keberadaan LNG harus dipakai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu untuk kepentingan industri nasional. "Kalau (Jepang) ingin industri yang murah, datang ke Indonesia, itu jalan keluarnya. Itu dan mereka memahami, terima kasih kita paham," kata Wapres menyampaikan kesan yang ditangkap oleh pihak Jepang. Kalla menyatakan bahwa sekarang posisi Indonesia jelas mengenai kebijakan ekspor LNG dan pihak Jepang memang membutuhan hal itu. Ia menambahkan, terdapat kontrak kerja yang akan jatuh tempo pada tahun 2008, ada yang jatuh tempo tahun 2010. "Mereka akan hitung setelah (jatuh tempo) itu," kata Wapres. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006