Kota Bogor, Jabar (ANTARA) - Ketua DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Atang Trisnanto, S.Hut, M.Si, dinyatakan lulus sebagai doktor baru di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) University, setelah penelitian yang diusungnya yakni "Desain Kebijakan Pemanfaatan Pekarangan Sebagai Kawasan Agrowisata" berhasil dipertahankan di depan tim penguji.

"Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah subhanahu wa ta ala (SWT). Atas ridho dan kuasa-Nya, saya akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan doktoral di IPB. Semoga ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat untuk masyarakat, lingkungan, bangsa, dan negara," katanya dalam taklimat media kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Sidang terbuka promosi doktor Atang Trisnanto digelar di Ruang Sidang Sylva Fakultas Kehutanan IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Rabu (15/3) 2023.

Dalam penyusunan disertasinya, Atang dibimbing oleh pakar ekowisata IPB, Dr Ir Rinekso Soekmadi, M.Sc. F.Trop, pakar arsitektur pekarangan Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin, MS dan pakar sistem modelling Prof Dr Ir Bambang Pramudya, M.Eng.

Dalam sidang itu, Atang memaparkan bahwa pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, sekecil apapun, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga.

Ia mengemukakan penelitian tentang pekarangan selama ini lebih banyak diarahkan pada fungsi pangan. 

Dalam sidang ia berhasil mempertahankan novelty (kebaruan) disertasinya melalui konsep kawasan agrowisata berbasis pekarangan. 

Atang meneliti model pekarangan yang dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

"Banyak temuan di lapangan yang bisa dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk bisa menjadikan pekarangan setiap rumah tangga bernilai lebih, baik dari sisi ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi," katanya. 

Melalui pemanfaatan pekarangan sebagai kawasan agrowisata, kata dia, diharapkan pelestarian lingkungan di unit terkecil masyarakat dapat berjalan sekaligus menghasilkan nilai tambah ekonomi keluarga.

Dalam salah satu bahasannya, Atang menemukan enam faktor pendorong (driven factors) keberhasilan pemanfaatan pekarangan sebagai obyek dan daya tarik agrowisata melalui analisis interpretative structural modelling (ISM), yaitu melestarikan kearifan budaya lokal, regulasi sektoral, kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan, pembiayaan bagi pengembangan agrowisata, peningkatan pengetahuan serta keterampilan SDM lokal, dan model kelembagaan yang merangsang partisipasi masyarakat.

Ia menambahkan riset dalam disertasi itu bisa juga diterapkan daerah lain yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang ada, termasuk di Bogor dan daerah lainnya, karena setiap keluarga tentu memiliki pekarangan yang bisa dimamfaatkan untuk dikembangkan.

"Disertasi saya lokasi penelitiannya di Banyuwangi, namun sangat bisa diterapkan dan menjadi masukan semua pemda-pemda lainnya, karena memiliki tujuan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga," kata Direktur Eksekutif National Food Security Studies, dan pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian (Mentan) itu.

Ia menambahkan hal yang kecil dan terkadang luput dari pantauan adalah soal pekarangan itu, namun bisa dijadikan sarana pengungkit ekonomi keluarga, sekaligus pencapaian lingkungan yang nyaman melalui pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan kearifan lokal. 

"Semoga hasil penelitian ini dapat diimplementasikan," kata  Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM)-IPB dan Presiden BEM se-Jabodetabek 2001-2002 itu, yang menyelesaikan pendidikan S1, S2, hingga S3 dihabiskan di kampus IPB.

Ia mengakui apa yang dicapainya itu bukanlah perjalanan yang mudah karena harus dapat membagi waktu antara penyelesaian disertasi dengan tugas dan kewajiban sebagai Ketua DPRD.

"Sebuah proses perjalanan yang tidak mudah. Seringkali harus begadang dan membagi konsentrasi dengan tugas dan kewajiban tanggung jawab sebagai Ketua DPRD," katanya. 

Ia berusaha keras untuk belajar, membaca ratusan literatur jurnal, bolak-balik perbaikan, menulis secara sistematis dengan logika berpikir ilmiah, menemukan novelty atau kebaruan. 

"Sedang asyik menulis, tiba-tiba ada keperluan masyarakat yang harus diadvokasi. Sedang konsentrasi rapat dan turun ke masyarakat, tiba-tiba kepikiran disertasi," katanya.

Untuk itu, ia menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada para pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan dorongan, sahabat yang membantu mengumpulkan data dan literatur, juga istri dan anak-anak tercinta yang membantu memberi motivasi dan dukungan.

"Hanya Allah SWT yang bisa membalasnya," demikian Atang Trisnanto.

Baca juga: Para peneliti mengatakan wisata halal merupakan konsep wisata futuristik

Baca juga: DPRD menolak Wisata Cahaya Kebun Raya Bogor dalam rapat paripurna

Baca juga: Melalui sanlat, Ketua DPRD Bogor mendorong mahasiswa menjadi pemimpin

Baca juga: DPRD Bogor tak setuju Holywings disebut sebagai konsep ramah keluarga





 

Pewarta: Linna Susanti
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2023