Jakarta (ANTARA News) - Managing Director and Chief Business Development PT Rajawali Corporation Darjoto Setyawan bersama pemerintah akan mencari jalan keluar terbaik termasuk penyelesaian untuk pemerintah daerah dalam soal rencana pembelian saham Cemex Asia Holdings sebesar 24,9 persen di PT Semen Gresik Tbk. "Kita bersama pemerintah akan mencari jalan keluarnya termasuk penyelesaian untuk pemerintah daerah. Ini akan kita rundingkan, cari jalan terbaik karena kita belum pernah duduk bersama sama sekali," kata Managing Director and Chief Business Development PT Rajawali Corporation Darjoto Setyawan usai menerima pengurus Serikat Pekerja PT Semen Gresik di Jakarta, Kamis. Menurut Darjoto, untuk menyelesaikan masalah tersebut, pembicaraan dengan pemerintah merupakan jalan terbaik, apalagi pemerintah merupakan pemegang saham mayoritas di PT Semen Gresik tersebut. Dialog ini merupakan suatu proses yang harus dilewati. Beberapa waktu lalu, tambah Darjoto, pihaknya juga telah bertemu dengan Menteri Negara BUMN Sugiharto. "Kita sebagai pengusaha nasional dan pemerintah sebagai regulator tentu kalau kita ingin berinvestasi di Indonesia perlu mendapatkan restu dari pemerintah. Kita harus membuka dialog dengan semua pihak," kata Darjoto . Ketika ditanyakan mengenai peluang PT Rajawali untuk menguasai saham Cemex tersebut, Darjoto menyebutkan sejak awal, pada 3 Mei 2006, saat CSPA dibuat dengan Cemex, ada persyaratan yang dibuat terutama persetujuan dari pemerintah. Industri semen, tambah Darjoto merupakan industri yang potensial dan jangka panjang. Karena itu, tambahnya Rajawali akan mendukung manajemen (PT Semen Gresik) kalau ingin investasi. Semen Gresik merupakan aset nasional, merek nasional yang harus dipertahankan. "Kita berharap perjanjian jual beli ini bisa direalisasikan. Kemarin memang Cemex telah mengatakan kalau saham ini sudah bebas. Kita ingin meneruskan pembelian ini," kata Darjoto. Ketika ditanyakan apakah akan ada kenaikan tawaran harga yang dilakukan Rajawali, Darjoto menegaskan semua itu sudah tidak bisa dilakukan lagi karena sudah diiatur dalam CSPA. Dalam CSPA tersebut, tambah Darjoto sudah dibuat segala sesuatunya secara detil. "Kita punya waktu 60 hari sejak penandatanganan CSPA (3 Mei) untuk menyelesaikannya," kata Darjoto. Saat berdialog dengan pengurus SP Semen Gresik, Darjoto mengatakan, pihaknya memang memiliki banyak usaha. Namun diakuinya semen, memang bukan bisnis inti PT Rajawali. Bidang semen ini, tambahnya akan dimasukan dalam financial investor. Darjoto mengaku memang tidak punya keahlian dalam bidang ini namun Rajawali akan menjadi mitra yang baik dengan pemerintah dan publik. "Semen Gresik sangat potensial karena industrinya dan pasarnya yang bagus. Kita harus mendukung Semen Gresik menjadi besar karena lawannya pemain internasional seperti Holcim dan Heldelberger," kata Darjoto. Menurut Darjoto, saham sebesar 24,9 persen tersebut dirasakan memang tanggung. Karena dikatakan besar tidak juga karena tidak bisa melakukan kontrol. Sebaliknya dikatakan kecil, juga tidak karena uang sebesar 337 juta dolar AS itu besar sekali. Namun, tambahnya Rajawali ingin menjadi pemegang saham yang baik. "Saat ini, kita masih sebagai pihak luar. Bagaimanapun kita akan tetap meminta restu pemerintah. Sebagai perusahaan nasional tentu kita tahu tata krama atau aturan. Kita bersedia dialog dan mencari jalan keluarnya," kata Darjoto.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006