Semarang (ANTARA News) - Setelah gempa berkekuatan cukup besar melanda Yogyakarta yang dampaknya terasakan hingga di Solo, Karanganyar, dan Semarang, Sabtu pagi, Gunung Merapi sekitar pukul 08.10 WIB kembali meluncurkan awan panas (wedhus gembel) dalam ukuran raksasa. Sebelumnya, sekitar pukul 06.55 WIB Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jateng dan D.I. Yogyakarta ini juga mengeluarkan awan panas raksasa. Gempa tersebut juga menyebabkan jalur kereta api Yogya-Solo terputus, karena bangunan Stasiun KA di Prambanan roboh, kemudian retakan dan serpihan bangunan stasiun ini menutupi rel kereta api. Pusat gempa yang diperkirakan berada di Selatan Yogyakarta itu, menurut laporan wartawan ANTARA News dari Magelang, Sabtu, juga merusak ratusan rumah dan bangunan lain di kabupaten Magelang. "Di kecamatan Sawangan saja sedikitnya 22 bangunan rumah dan sekolah rusak," kata Camat Sawangan Sukamtono kepada wartawan ANTARA News di Magelang, Sabtu. Camat Sukamtono juga memperoleh informasi dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta bahwa kemungkinan masih akan terjadi gempa susulan setelah gempa melanda Yogyakarta yang merusak banyak bangunan di Kota Budaya tersebut. Akibat guncangan gempa tersebut, tebing jalan di antara Magelang menuju Ketep juga longsor sehingga jalur menuju Ketep tertutup longsoran tanah. Tebing setinggi delapan meter di kawasan Ketep itu longsor menutupi jalan. Di bawah timbunan tanah longsor itu terdapat sepeda motor milik Susilo, yang pada saat itu melintas, namun warga Sawangan ini berhasil menyelamatkan diri dari timbuan tanah longsor. "Hingga saat ini belum dilaporkan ada korban jiwa akibat gempa. Namun warga sekitar Merapi harus waspada karena aktivitas Merapi juga menunjukkan peningkatan," kata Camat Sawangan mengingatkan. Hujan abu hingga sekarang juga masih melanda kawasan Magelang sehingga menyelimuti atap rumah dan tanaman di Kecamatan Sawangan. Setelah gempa disusul luncuran awan panas Merapi, ratusan warga Ketep mengungsi di Terminal Ketep, yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari tempat tinggal warga. Kini terminal Ketep seperti menjadi tempat penampungan pengungsi. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006