Semarang (ANTARA News) - Gempa tektonik yang mengguncang Yogyakarta dan merusak banyak bangunan, Sabtu pagi, tidak ada kaitannya dengan dua kali luncuran awan panas dalam ukuran raksasa, meski waktunya hampir bersamaan dengan terjadinya gempa pada pukul 05.55 WIB. Petugas Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta ketika dikontak Sabtu pagi memastikan bahwa gempa berkekuatan cukup besar tersebut jenis teknonik, bukan vulkanik. Episentrum gempa tersebut diperkirakan berasal dari selatan Yogyakarta, namun belum diketahui secara pasti berapa kekuatan gempa yang merusakkan banyak bangunan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian wilayah Jateng. ANTARA News dari Desa Ketep, Kabupaten Magelang, melaporkan, ratusan warga Desa Ketep yang Sabtu pagi mengungsi di terminal Ketep, pada pukul 09.00 WIB mulai meninggalkan lokasi ini menuju ke rumah masing-masing. "Kami kembali ke kampung lagi karena merasa sudah aman. Kalau nanti muncul bahaya lagi mencari tempat yang lebih aman," kata Suparmi. Merapi yang pada Sabtu pagi sudah dua kali meluncurkan awan panas dalam ukuran besar menyebabkan terjadinya hujan abu di sekitar gunung berketinggian 2.911 meter di atas permukaan laut ini. Meski hujan abu agak mereda, warga tetap mengenakan pelindung, seperti masker, payung, dan topi. Dari Puskemas Sedayu, D.I. Yogyakarta dilaporkan, gempa yang menggucang menyebabkan ribuan warga panik, sebagian ada yang terluka karena terkena reruntuhan bangunan yang roboh. "Puskesmas Sedayu sampai saat ini masih disesaki warga, baik yang akan berobat maupun yang mencari tempat aman," kata tenaga medis Puskesmas Sedayu.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006